IF YOU WANT, YOU CAN

CONTOH PROPOSAL : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VII.1 SMPN 1 KAB. PINRANG TAHUN AJARAN 2011/2012

I.     JUDUL   :    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VII.1 SMPN 1 KAB. PINRANG TAHUN AJARAN 2011/2012



II.  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Pendidikan matematika sebagai ilmu dasar segala bidang ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting untuk kita ketahui. Oleh sebab itu, dari mulai pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi selalu melibatkan matematika pada mata pelajaran wajib atau mata kuliah. Matematika juga merupakan hal yang sangat mendasar dan sangat dibutuhkan serta memengang peranan penting  dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pengembangan pembelajaran matematika sangat dibutuhkan karena keterkaitan dengan peranan konsep pada siswa yang nantinya akan bermanfaat dalam pengmbangan matematika lebih lanjut ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam pemahaman kehidupan sehari-hari. Namun pengembangan pembelajaran matematika akan terhambat apabila pemahaman matematika itu tidak terealisasikan dengan baik, sehingga dapat berakibat terhadap rendahnya morifasi belajar siswa dalam matematika yang mengakibatkan juga rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh dicapai oleh siswa.
Dalam hal ini hanya ada sedikit siswa yang mampu menyelesaikan soal-soal matematika dan siswa yang lain menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit. Hal ini dikarenakan, penyajian materi pelajaran yang monoton atau hanya searah dan tidak adanya interaksi antara siswa dengan siswa. Padahal kegiatan belajar itu dapat berlansung apabila terjadi interaksi antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan siswa. Namun kenyataanya tidak seperti itu, terkadang guru hanya menggunakan model klasik, dimana guru hanya memberikan informasi, ide atau gagasan kemudian siswa hanya menerima pelajaran yang diberikan. Situasi seperti inilah yang bisa membuat siswa menjadi bosan karena belum dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat berpengaruh terhapad hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

Untuk memahami matematika perlu diterapkan sistem pembelajaran yang mudah dan mampu dikuasai oleh siswa. Siswa akan lebih mudah mengasah kemampuannya apabila dapat berkomunikasi dengan guru dan temannya sendiri. Dengan adanya interaksi siswa dengan guru atau temannya sendiri akan dapat mencitakan suatu pembelajaran yang kondusif atau merangsang siswa dapat belajar.
Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan belajar matematika adalah melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini biasa disebut dengan pembelajaran gotong royong. Sifat belajar kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok guru biasanya memberi kelompok kemudian memberikan tugas kelompok tanpa merancang tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif ataupun bahkan ada yang main-main atau ngobrol. Sementara itu, pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk bekerja dakam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus bekeja aktif.
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Kelas VII.1 SMPN 1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumusakan suatu masalah yaitu: apakah hasil belajar matematika  dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas VII.1 SMPN 1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang.

C.  Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bahwa hasil belajar matematika dapat meningkat melalui model pembelajaran kooferatif pada siswa kelas VII.1 SMPN 1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang.





D. Manfaat Penelitian
Jika hasil penelitian nantinya menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, maka diharapkan:
1. Bagi siswa, mampu nenumbuhkan rasa saling keterbukaan antara sesama siswa dalam hal mengerjakan tugas yang telah diberikan.
2.  Bagi siswa, hal yang dianggap sukar dan sulit untuk dipecahkan akan terasa mudah dikerjakan ketika didiskusikan dengan sesama teman karena kebanyakan siswa merasa canggung untuk bertanya kepada gurunya dibandingkan kepada teman sekelasnya.
3.  Bagi guru, mereka akan merasa terbantu dengan sistem pembelajaran tersebut karena diantara siswa akan saling mengisi satu sama lain contoh siswa yang dianggap mampu akan membantu temanya yang masih kurang.
4.  Bagi sekolah, sebagai sebuah alat ukur untuk menambah cara pembelajaran yang efektif dengan memberikan metode yang baru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

III. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Hasil belajar matematika
Dari setiap proses akan selalu menghasilkan suatu produk. Demikian pula proses proses pembelajaran akan menghasilkan produk yakni sosok individu yang diharapkan mempunyai kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik serta kepribadian yang luhur mencerminkan figur seorang intelek.
Menurut (Rosmini 2006: 27) yang termasuk internal adalah faktor fisiologis dan fsikolois (misalnya: kecerdasan, motivasi prestasi, dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental (misalnya:  guru, kurikulum, dan model pembelajaran).
Berdasarkan uraian diatasi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahantingkah laku pada diri individu berupa pengalaman baik yang bersifat pengetahuan (kognitif), sikap (efektif) maupun keterampilan melalui proses pembelajaran bukan karena perubahan fisik.

2. Hakikat belajar mengajar
Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks karena itu belajar sangat sulit untuk diamati, sebab meskipun dari luar kelihatan belum belajar, namun dapat saja siswa tersebut telah memperoleh sesuatu yang banyak dari lingkungannya, kondisi tersebut menunjukkan siswa itu sudah belajar.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar merupakan interksi antara siswa dan guru di dalam kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran sehubung dengan materi tertentu.
Menurut Wina Sanjaya (2005:87) tugas utama guru adalah  mangajar sedangkan tugas utama siswa adalah belajra lebih lanjut Wina Sanjaya (2005:87) menyatakan bahwa keterkaitan antara belajar dan mengajar itulah yang disubet sebagai pembelajaran. Menurut Errnan Suherman (2003:8), pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuangsa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Masih munurut Errnan Suherman (2003:8) , peristiwa belajar yang disertai akan lebih terarah dan sistematik dari pada belajar yang semata-mata dari pengalam dalam  kehidupan sosial dan masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan, sedangkan menurut Moh. User Usman (2002:4), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlansung dalam situasi eduktif untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibat guru, siswa, dan bahan ajar dalam lingkungan kondusif untuk bahan ajar optimal dalam rangka mencapai tujuan tertuntu.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses yang tejadi dalam diri pserta didik dengan adanya pemahaman tentang konsep-konsep dan struktur-sruktur matematika sehingga pesrta didik akan lebuh memahami materi dengan jelas dan dapat diterapkan dajam situasi yang nyata.



3. Hakikat Matematika
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan kebiasan berfikir matematis dan sistematis dari anak didik yang dapat digunakan dalam kehidupannya, disisi lain matematika juga merupakan suatu sistem yang mempunyai sruktur tetentu yang jelas tidak terlepas dari karakteristik matematika itu sendiri.
Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pungengetahuan yang banyak mendasari pengetahuan lain, memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Munurut Sujono (1998:4) matematika sebagai ilmu pengetahuan tentang benda-benda abstrak dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Oleh karena itu matematika dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Senada dengan hal tersebut, Erman Suherman (2003:8) menyatakan bahwa matematika sebagai ilmu dasar yang terus menerus berkembang, baik materi maupun kegunaanya. Sehingga perkembangan-perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Jadi alasan perlunya matematika diajarkan disekolah adalah karena matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai arti penting dalam kehidupan.
Selanjutnya menurut Cockroft (Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan bahawa matematika perlu diajarkan karena :
a.  Selalu digunakan dalam segi kehidupan.
b.  Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.
c.  Merupakan sarana komunikasi yang kuat, simgkat, dan jelas.
d.  Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
e.  Meningkatkan kemauan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan.
f.  Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Dari pengertian tentang pembelajaran dan matematika dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan guru matematika, siswa, dan bahan ajar dalam rangka perubahan relative tetap  dalam pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar matematika.

4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan mengutamakan pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat atau enam  orang yang mepunyai latar belakang kemampuan akademik yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan, dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan yang semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Strategi pembelajaran kooperatif dilakukan mana kala
a.  Guru menekan pentingnya usaha kolektif, disamping usaha individual dalam belajar.
b.  Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
c.  Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.
d.  Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari kurikulum.
e.  Guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
f.  Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
Erman Suherman (2003:8) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menerut Anita Lie (2002:12), sistem pembelajaran yang diberikan kesemapatan kepada anak didik sebagai sistem ”gotong royong atau pembelajaran kooperatif”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemblajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar atas kelompok kecil tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumendasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.
Muslim Ibrahim, dkk (2000:6-7) menyatakan bahwa kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri sebagai berikut:
1.  Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif atau menuntaskan materi belajarnya.
2.  Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan timggi, sedang, dan rendah.
3.  Bila mana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4.  Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
B. Kerangka Berpikir
Sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah dibahas, maka dapat dikemekakan kerangka berfikir yaitu:
Matematika merupakan salah satu pembelajaran yang dianggap sulit. Ini dikarenakan,penyajian materi yang bersifat monoton atau hanya searah dan tidak adanya interaksi antara siswa dengan siswa sehingga tidak akan memberikan hasil yang maksimal dalam mencapaian nilai dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru hendaknya dapat mengubah sistem pembelajran dari yang berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
Sebagai salah satu alternatif yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran matematika adalah dengan melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok atau bekerja sam biasa. Dalam belajar kelompok guru biasanya memberi kelompok lalu memberi tugas kelompok tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun ada yang main-main atau ngobrol. Sementara itu, pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif yang pada akhirnya nanti dapan meningkatkan hasil belajat siswa itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa itu dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif.

Kerangka berpikir dapat dilihat pada bagan :
Rendahnya hasil belajar matematika
siswa
Model Pendekatan Kooperatif
PTK
Meningkatkan hasil belajar matematika
 
















                                                                 Gambar: 1 alur fikir peneliti

C. Hipotesis Tindakan                                                                                         
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
            “Jika model pembelajaran kooperatif diterapkan maka hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN.1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang dapat meningkat.

IV.  METODE PENELITIAN
A.  Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (claas room action research) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

1.    Perencanaan
2.    Pelaksanaan tindakan
3.    Observasi
4.    Refleksi
B. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII1 yang sebanyak 32 orang, tahun ajaran 2011/2012 SMPN VII.1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang
C. Faktor Yang Diteliti
Adapun faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor siswa yaitu dengan melihat kehadiran dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran seperti minat, perhatian, dan kesungguhan siswa belajar serta keberanian siswa bertanya dan memberi tanggapan terhadap jawaban dari siswa lain.
2.  Faktor guru yaitu melihat keterampilan dasar yang dimiliki oleh guru seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, memimpin diskusi, memberi penguatan dan sebagainya.
3.  Faktor hasil yang melihat hasil belajar siswa setalah mengikuti pembelajaran dengan tes hasil belajar.
D. Definisi Oprasional
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran srategi yang berpusat kepada siswa dimana siswa dituntut untuk bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun kepada kelompoknnya. Cooperatif learning suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dal;am kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 oarang denga struktur kelompok yang bersifat heterogen dan keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Model pembelajaran ini didesin untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga siap memberiakan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga kemampuan secara kognitif dan sosial skill siswa sangat diperlukan dan dimiliki oleh siswa.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan timdakan, observasi, dan refleksi.
1. Siklus 1
Siklus satu dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Perencanaan tindakan
1) Menelaah kurikulum matematika SMP.
2) Membuat  rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan .
3) Mempersiapkan bahan pengajaran.
4) Mempersiapkan daftar hadir.
5) Membuat daftar observasi  untuk mengamati kondisi pengajaran di kelas, ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.
b) Pelaksanaan tindakan
Langkah-langkah yang yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah  :
1)  Pada awal tatap muka guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pengajaran pada pertemuan yang berlangsung secara klasikal selama kurang lebih 15 menit.
2) Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang pembagiannya sudah disepakati bersama dimana anggotanya heterogen (kemampuan tinggi, sedang, dan rendah).
3)  Kemudian guru membagikan lembar kegiatan siswa kepada masing-masing kelompok dimana setiap kelompk, anggotanya dituntut untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan lembar kegiatan siswa (LKS) tersebut.
4)  Selama proses belajar mengajar berlansung, setiap kelompk tetap diawasi, dikontrol, dan diarahkan serta diberi bimbingan secara langsung pada kelompok yang mengalami kesulitan.
5)  Setelah itu, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelompok-kelompok lain.

6)  Apabila ada perbedaan pendapat, maka guru dan semua anggota kelompok bersama-sama menyelesaikan soal-soal tersebut.
7)  Setelah itu guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan setiap siswa.

c) Tahap Observasi
1)  Didalam proses pembelajaran, akan diadakan pengamatan tentang  kehadiran siswa. Sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan atau kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran.
2) Soal tes hasil belajar dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Dari pemberian tes kepada siswa, guru dapat melihat tingkat keberhasilan terhadap materi yang sudah dipahami ataupun yang belum.
d) Refleksi
            Dari hasil pengamatan dan observasi akan dianalisis untuk melihat sejauh mana faktor-faktor yang diteliti telah tercapai. Selanjutnya dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan untuk siklus-siklus berikutnya.

2. Siklus II
Silkus ini dilaksankan selama 2 (dua) pekan atau empat kali pertemuan. Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini relatif sama pada siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan.
a) Perencanaan tindakan
     Pada tahap ini, dirumuskan pelaksanaan siklus II sesuai dengan  pelaksanaan siklus I dengan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang baik berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
b) Pelaksanaan tindakan
     Pelaksanaan siklus II melanjutkan langkah-langkah yang telah dilanjutkan pada siklus satu dengan mengadakan beberapa perbaikan yang dianggap perlu.
c) Observasi
Tahap observasi pada siklus II ini adalah melanjutkan kegiatan pada siklus I ang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran.


d) Refleksi
Pada tahap refleksi, secara umum langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I sama halnya yang dilakukan pada siklus II.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mangumpulkan data berupa tes hasil belajar yang berbentuk uraian (essay) dan lembar observasi. Tes tersebut dikembangkan oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu diuji cobakan di sekolah lain yang setingkat dengan kelas yang diteliti dan juga divalidasi oleh beberapa validator yang dianggap mengetahui hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui soal-soal tersebut apakah valid atau tidak valid.

G. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data
     Sumber data pada penelitian ini adalah siswa, guru, dan sekolah.
2.  Jenis data
Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif.
3. Cara pengambilan data
4.. Data tentang keadaan siswa selama kegiatan tidakan diambil dangan menggunakan teknik observasi.
5.. Data tentang refleksi diri dan perubahan yang terjadi di kelas diambil dari catatan guru.
6.. Data tentang hasil belajar diambil dengan teknik tes kepada siswa.
    
H. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan teknik analisis deskriptif. Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif denag menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata (mean), rentang, median, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh setiap siswa pada setiap siklus. Sedangkan data hasil obsevasi dianalisis secara kualutatif. Untuk jenis analisis kuantitatif, data ynag digunuakan berupa pengkategorian skala lima, yaitu disusun oleh Nur Kancana (Mas’ud Badolo, 2003:1) sebagai berikut:

1.90 - 100% berada  pada tingkat penguasaan “sangat tinggi”
2.80% - 89% berada pada tingkat penguasaan “tinggi”
3.65 - 79% berada pada tingkan penguasaan “sedang”
4.55% - 64% berada pada tingkat penguasaan “rendah”
5.0% - 54% berada pada tingkat penguasaan “sangat rendah”
                                                           
Adapun data hasil observasi untuk aktivitas siswa menurut Grinnel (Buhaerah, 2009: 103) selama pembelajaran dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ket :
    =  persentase aktifitas murid untuk melakukan suatu jenis aktifitas tertentu
 jumlah jenis aktifitas tertentu yang dilakukan murid setiap pertemuan
    = jumlah seluruh aktivitas setiap pertemuan
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa dari siklus satu ke siklus II.
2.    Meningkatnya ketuntasan belajar siswa dadi siklus satu ke siklus II, dimana ketuntasan secara individual tercapai jika siswa memperoleh nilai minimal 65 dan ketuntasan secaran klasikal tercapai jika 85% siswa mencapai nilai lebih dari skor ideal 100.
3.    Meningkatnya aktifitas belajar siswa dari siklus satu ke siklus II 




DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Mulyono, 2003. Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anita Lie (2002). Cooperativf Learing, Memperhatikan Cooperatif Learing di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:Grasindo.

Badolo,Mas’ud.2003.PedomaN dan Teknik Penulisan Skripsi.Parepare:UMPAR Parepare

Erman Suherman, Tumidi, Didi Suryadi, Tatang Herman, Suhendra, Sufyani, Prabawanto, Nurjannah, Ade Rohayati. (2003). Strategi Pembelajara Matematika Kontenporer. Bandung jurusan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Matematika.

Ibrahim, Muslim dan Nur, Muhammad. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negri Surabaya.

Moh. User Usman. (2002) Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Rosmini. (2006). Peningkatan hasil belajar matemayika melalui gaya mengajar kinestika pada murid IX MTS Aisyah Makassar. Skripsi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sujono. (1998). Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbut Dirjen Dikti.

Wina Sanjaya. (2005). Pembelajara dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup


Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment