I. JUDUL : MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VII.1
SMPN 1 KAB. PINRANG TAHUN AJARAN 2011/2012
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan matematika sebagai ilmu dasar
segala bidang ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting untuk kita
ketahui. Oleh sebab itu, dari mulai pendidikan usia dini sampai perguruan
tinggi selalu melibatkan matematika pada mata pelajaran wajib atau mata kuliah.
Matematika juga merupakan hal yang sangat mendasar dan sangat dibutuhkan serta
memengang peranan penting dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pengembangan pembelajaran
matematika sangat dibutuhkan karena keterkaitan dengan peranan konsep pada
siswa yang nantinya akan bermanfaat dalam pengmbangan matematika lebih lanjut
ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam pemahaman kehidupan sehari-hari.
Namun pengembangan pembelajaran matematika akan terhambat apabila pemahaman
matematika itu tidak terealisasikan dengan baik, sehingga dapat berakibat
terhadap rendahnya morifasi belajar siswa dalam matematika yang mengakibatkan
juga rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh dicapai oleh siswa.
Dalam
hal ini hanya ada sedikit siswa yang mampu menyelesaikan soal-soal matematika
dan siswa yang lain menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit. Hal ini
dikarenakan, penyajian materi pelajaran yang monoton atau hanya searah dan
tidak adanya interaksi antara siswa dengan siswa. Padahal kegiatan belajar itu
dapat berlansung apabila terjadi interaksi antara siswa dengan guru atau antara
siswa dengan siswa. Namun kenyataanya tidak seperti itu, terkadang guru hanya
menggunakan model klasik, dimana guru hanya memberikan informasi, ide atau
gagasan kemudian siswa hanya menerima pelajaran yang diberikan. Situasi seperti
inilah yang bisa membuat siswa menjadi bosan karena belum dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat berpengaruh terhapad hasil
belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Untuk
memahami matematika perlu diterapkan sistem pembelajaran yang mudah dan mampu
dikuasai oleh siswa. Siswa akan lebih mudah mengasah kemampuannya apabila dapat
berkomunikasi dengan guru dan temannya sendiri. Dengan adanya interaksi siswa
dengan guru atau temannya sendiri akan dapat mencitakan suatu pembelajaran yang
kondusif atau merangsang siswa dapat belajar.
Salah
satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan belajar matematika
adalah melalui pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran ini biasa disebut dengan pembelajaran gotong royong.
Sifat belajar kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok belajar bekerja
sama biasa. Dalam kerja kelompok guru biasanya memberi kelompok kemudian
memberikan tugas kelompok tanpa merancang tertentu yang dapat membuat setiap
siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga
yang pasif ataupun bahkan ada yang main-main atau ngobrol. Sementara itu,
pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk bekerja dakam kelompok
melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga
seluruh siswa harus bekeja aktif.
Berdasarkan
pernyataan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif pada
Siswa Kelas VII.1 SMPN
1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang
di atas, maka dapat dirumusakan suatu masalah yaitu: apakah hasil belajar
matematika dapat meningkat melalui model
pembelajaran kooperatif pada siswa kelas VII.1 SMPN 1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bahwa hasil belajar matematika dapat
meningkat melalui model pembelajaran kooferatif pada siswa kelas VII.1 SMPN
1 Mattiro Sompe Kab. Pinrang.
D. Manfaat
Penelitian
Jika
hasil penelitian nantinya menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa, maka diharapkan:
1. Bagi
siswa, mampu nenumbuhkan rasa saling keterbukaan antara sesama siswa dalam hal
mengerjakan tugas yang telah diberikan.
2. Bagi
siswa, hal yang dianggap sukar dan sulit untuk dipecahkan akan terasa mudah
dikerjakan ketika didiskusikan dengan sesama teman karena kebanyakan siswa
merasa canggung untuk bertanya kepada gurunya dibandingkan kepada teman
sekelasnya.
3. Bagi
guru, mereka akan
merasa
terbantu dengan sistem pembelajaran tersebut karena diantara siswa akan saling
mengisi satu sama lain contoh siswa yang dianggap mampu akan membantu temanya
yang masih kurang.
4. Bagi
sekolah, sebagai sebuah alat ukur untuk menambah cara pembelajaran yang efektif
dengan memberikan metode yang baru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah tersebut.
III.
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Hasil belajar matematika
Dari
setiap proses akan selalu menghasilkan suatu produk. Demikian pula proses
proses pembelajaran akan menghasilkan produk yakni sosok individu yang
diharapkan mempunyai kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik serta
kepribadian yang luhur mencerminkan figur seorang intelek.
Menurut
(Rosmini 2006: 27) yang termasuk internal adalah faktor fisiologis dan
fsikolois (misalnya: kecerdasan, motivasi prestasi, dan kemampuan kognitif),
sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor
instrumental (misalnya: guru, kurikulum,
dan model pembelajaran).
Berdasarkan
uraian diatasi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah
perubahantingkah laku pada diri individu berupa pengalaman baik yang bersifat
pengetahuan (kognitif), sikap (efektif) maupun keterampilan melalui proses
pembelajaran bukan karena perubahan fisik.
2.
Hakikat belajar mengajar
Belajar adalah proses
yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa
yang sangat kompleks karena itu belajar sangat sulit untuk diamati, sebab
meskipun dari luar kelihatan belum belajar, namun dapat saja siswa tersebut
telah memperoleh sesuatu yang banyak dari lingkungannya, kondisi tersebut
menunjukkan siswa itu sudah belajar.
Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar merupakan interksi antara
siswa dan guru di dalam kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran sehubung
dengan materi tertentu.
Menurut Wina Sanjaya (2005:87) tugas utama guru adalah mangajar sedangkan tugas utama siswa adalah
belajra lebih lanjut Wina Sanjaya (2005:87) menyatakan bahwa keterkaitan antara
belajar dan mengajar itulah yang disubet sebagai pembelajaran. Menurut Errnan Suherman (2003:8), pembelajaran merupakan upaya
penataan lingkungan yang memberi nuangsa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal. Masih munurut Errnan Suherman (2003:8) , peristiwa belajar yang disertai
akan lebih terarah dan sistematik dari pada belajar yang semata-mata dari
pengalam dalam kehidupan sosial dan
masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar,
dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan, sedangkan menurut Moh. User
Usman (2002:4),
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlansung dalam situasi eduktif
untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang melibat guru, siswa, dan bahan ajar dalam
lingkungan kondusif untuk bahan ajar optimal dalam rangka mencapai tujuan
tertuntu.
Dari beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses yang tejadi dalam diri
pserta didik dengan adanya pemahaman tentang konsep-konsep dan struktur-sruktur
matematika sehingga pesrta didik akan lebuh memahami materi dengan jelas dan
dapat diterapkan dajam situasi yang nyata.
3. Hakikat Matematika
Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk mengembangkan
dan meningkatkan pengetahuan kebiasan berfikir matematis dan sistematis dari
anak didik yang dapat digunakan dalam kehidupannya, disisi lain matematika juga
merupakan suatu sistem yang mempunyai sruktur tetentu yang jelas tidak terlepas
dari karakteristik matematika itu sendiri.
Matematika
sebagai salah satu cabang ilmu pungengetahuan yang banyak mendasari pengetahuan
lain, memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Munurut Sujono (1998:4)
matematika sebagai ilmu pengetahuan tentang benda-benda abstrak dan
masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan mempunyai arti penting dalam
kehidupan. Oleh karena itu matematika dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
Senada dengan hal tersebut, Erman Suherman (2003:8) menyatakan bahwa matematika
sebagai ilmu dasar yang terus menerus berkembang, baik materi maupun
kegunaanya. Sehingga perkembangan-perkembangannya, baik dimasa lalu, masa
sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Jadi alasan perlunya
matematika diajarkan disekolah adalah
karena matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai arti penting
dalam kehidupan.
Selanjutnya
menurut Cockroft (Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan bahawa matematika perlu
diajarkan karena :
a. Selalu
digunakan dalam segi kehidupan.
b. Semua
bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.
c. Merupakan
sarana komunikasi yang kuat, simgkat, dan jelas.
d. Dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara.
e. Meningkatkan
kemauan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan.
f. Memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Dari pengertian tentang pembelajaran dan
matematika dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan
serangkaian kegiatan yang melibatkan guru matematika, siswa, dan bahan ajar
dalam rangka perubahan relative tetap
dalam pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar matematika.
4.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dengan mengutamakan pengelompokkan/tim
kecil, yaitu antara empat atau enam orang
yang mepunyai latar belakang kemampuan akademik yang berbeda. Sistem penilaian
dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan, dengan demikian setiap
anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan yang
semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu
terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Strategi pembelajaran kooperatif dilakukan mana
kala
a. Guru
menekan pentingnya usaha kolektif, disamping usaha individual dalam belajar.
b. Jika
guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
c. Jika
guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.
d. Jika
guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian
dari kurikulum.
e. Guru
menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi
mereka.
f. Jika
guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
menemukan berbagai solusi pemecahan.
Erman
Suherman (2003:8)
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Menerut Anita Lie (2002:12),
sistem pembelajaran yang diberikan kesemapatan kepada anak didik sebagai sistem
”gotong royong atau pembelajaran kooperatif”. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemblajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa
belajar atas kelompok kecil tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan
beragumendasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas,
atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.
Muslim
Ibrahim, dkk (2000:6-7) menyatakan bahwa kebanyakan pembelajaran yang
menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri sebagai berikut:
1. Siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif atau menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan timggi, sedang, dan rendah.
3. Bila
mana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda.
4. Penghargaan
lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
B. Kerangka
Berpikir
Sesuai
dengan tinjauan pustaka yang telah dibahas, maka dapat dikemekakan kerangka
berfikir yaitu:
Matematika
merupakan salah satu pembelajaran yang dianggap sulit. Ini dikarenakan,penyajian
materi yang bersifat monoton atau hanya searah dan tidak adanya interaksi
antara siswa dengan siswa sehingga tidak akan memberikan hasil yang maksimal
dalam mencapaian nilai dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru hendaknya
dapat mengubah sistem pembelajran dari yang berorientasi pada guru menjadi
pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
Sebagai
salah satu alternatif yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran matematika adalah dengan melalui pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok atau bekerja sam
biasa. Dalam belajar kelompok guru biasanya memberi kelompok lalu memberi tugas
kelompok tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat siswa menjadi aktif.
Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun ada
yang main-main atau ngobrol. Sementara
itu, pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok
melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga
seluruh siswa harus bekerja aktif yang pada akhirnya nanti dapan meningkatkan
hasil belajat siswa itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil
belajar matematika siswa itu dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif.
Kerangka
berpikir dapat dilihat pada bagan :
Rendahnya hasil
belajar matematika
|
siswa
|
Model Pendekatan Kooperatif
|
PTK
|
Meningkatkan
hasil belajar matematika
|
Gambar: 1 alur fikir peneliti
C. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Jika
model pembelajaran kooperatif diterapkan maka hasil belajar matematika siswa
kelas VII SMPN.1
Mattiro Sompe Kab. Pinrang dapat meningkat”.
IV. METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas (claas
room action research) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu:
1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaan tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
B.
Subjek Penelitian
Adapun
subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII1 yang sebanyak 32 orang, tahun ajaran 2011/2012 SMPN VII.1 Mattiro
Sompe Kab. Pinrang
C.
Faktor Yang Diteliti
Adapun faktor yang
diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor siswa yaitu dengan melihat
kehadiran dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran seperti minat,
perhatian, dan kesungguhan siswa belajar serta keberanian siswa bertanya dan
memberi tanggapan terhadap jawaban dari siswa lain.
2. Faktor
guru yaitu melihat keterampilan dasar yang dimiliki oleh guru seperti
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, memimpin
diskusi, memberi penguatan dan sebagainya.
3. Faktor
hasil yang melihat hasil belajar siswa setalah mengikuti pembelajaran dengan
tes hasil belajar.
D.
Definisi Oprasional
Model
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran srategi yang berpusat
kepada siswa dimana siswa dituntut untuk bekerja sama dan bertanggung jawab
baik kepada dirinya maupun kepada kelompoknnya. Cooperatif learning suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dal;am kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 oarang denga struktur
kelompok yang bersifat heterogen dan keberhasilan belajar dalam kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktifitas kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok.
Model
pembelajaran
ini didesin untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan tetapi mereka juga siap memberiakan materi tersebut
kepada kelompoknya. Sehingga kemampuan secara kognitif dan sosial skill siswa
sangat diperlukan dan dimiliki oleh siswa.
E.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus terdiri dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan
timdakan, observasi, dan refleksi.
1. Siklus
1
Siklus
satu dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Perencanaan tindakan
1) Menelaah kurikulum matematika SMP.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan .
3) Mempersiapkan bahan pengajaran.
4) Mempersiapkan daftar hadir.
5) Membuat daftar observasi untuk mengamati kondisi pengajaran di kelas,
ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.
b)
Pelaksanaan tindakan
Langkah-langkah yang yang akan
dilaksanakan pada tahap ini adalah :
1) Pada
awal tatap muka guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pengajaran pada
pertemuan
yang berlangsung
secara klasikal selama kurang lebih 15 menit.
2) Siswa diarahkan untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil yang pembagiannya sudah disepakati bersama dimana
anggotanya heterogen (kemampuan tinggi, sedang, dan rendah).
3) Kemudian
guru membagikan lembar kegiatan siswa kepada masing-masing kelompok dimana
setiap kelompk, anggotanya dituntut untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan
lembar kegiatan siswa (LKS) tersebut.
4) Selama
proses belajar mengajar berlansung, setiap kelompk tetap diawasi, dikontrol, dan
diarahkan serta diberi bimbingan secara langsung pada kelompok yang mengalami
kesulitan.
5) Setelah
itu, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelompok-kelompok
lain.
6) Apabila
ada perbedaan pendapat, maka guru dan semua anggota kelompok bersama-sama
menyelesaikan soal-soal tersebut.
7) Setelah
itu guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan setiap siswa.
c)
Tahap Observasi
1) Didalam
proses pembelajaran, akan diadakan pengamatan tentang kehadiran siswa. Sikap siswa dalam mengikuti
pelajaran, keaktifan atau kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran.
2)
Soal
tes hasil belajar dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Dari pemberian tes
kepada siswa, guru dapat melihat tingkat keberhasilan terhadap materi yang
sudah dipahami ataupun yang belum.
d) Refleksi
Dari
hasil pengamatan dan observasi
akan dianalisis untuk melihat sejauh mana faktor-faktor yang diteliti telah tercapai. Selanjutnya
dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan untuk siklus-siklus berikutnya.
2.
Siklus II
Silkus
ini dilaksankan selama 2 (dua) pekan atau empat kali pertemuan. Kegiatan yang
dilakukan pada siklus ini relatif sama pada siklus I dengan mengadakan beberapa
perbaikan.
a)
Perencanaan tindakan
Pada
tahap ini, dirumuskan pelaksanaan siklus II sesuai dengan pelaksanaan siklus I dengan memperbaiki
hal-hal yang dianggap kurang baik berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
b) Pelaksanaan
tindakan
Pelaksanaan
siklus II melanjutkan langkah-langkah yang telah dilanjutkan pada siklus satu
dengan mengadakan beberapa perbaikan yang dianggap perlu.
c) Observasi
Tahap observasi pada
siklus II ini adalah melanjutkan kegiatan pada siklus I ang dilaksanakan pada
saat proses pembelajaran.
d) Refleksi
Pada
tahap refleksi, secara umum langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I sama
halnya yang dilakukan pada siklus II.
F. Instrumen
Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mangumpulkan data
berupa tes hasil belajar yang berbentuk uraian (essay) dan lembar observasi.
Tes tersebut
dikembangkan oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih
dahulu diuji cobakan di sekolah lain yang setingkat dengan kelas yang diteliti
dan juga divalidasi oleh beberapa validator yang dianggap mengetahui hal
tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui soal-soal tersebut apakah valid
atau tidak valid.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data
Sumber data pada
penelitian ini adalah siswa, guru, dan sekolah.
2. Jenis data
Jenis
data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif.
3. Cara pengambilan data
4.. Data
tentang keadaan siswa selama kegiatan tidakan diambil dangan menggunakan teknik observasi.
5.. Data
tentang refleksi diri dan perubahan yang terjadi di kelas diambil dari catatan
guru.
6.. Data
tentang hasil belajar diambil dengan
teknik tes
kepada siswa.
H. Teknik Analisis Data
Untuk
menganalisis data hasil penelitian digunakan teknik analisis deskriptif. Untuk
melihat peningkatan hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif denag
menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata (mean), rentang,
median, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh setiap
siswa pada setiap siklus. Sedangkan data hasil obsevasi dianalisis secara
kualutatif. Untuk jenis analisis kuantitatif, data ynag digunuakan berupa
pengkategorian skala lima, yaitu disusun oleh Nur Kancana (Mas’ud Badolo,
2003:1) sebagai berikut:
1.90 - 100%
berada pada tingkat penguasaan “sangat
tinggi”
2.80% - 89% berada pada tingkat
penguasaan “tinggi”
3.65 - 79% berada
pada tingkan penguasaan “sedang”
4.55% - 64% berada pada tingkat
penguasaan “rendah”
5.0% - 54% berada pada tingkat
penguasaan “sangat rendah”
Adapun
data hasil observasi untuk aktivitas siswa menurut Grinnel (Buhaerah, 2009:
103) selama pembelajaran dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ket :
I. Indikator Keberhasilan
Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya
peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa dari siklus satu ke siklus II.
2. Meningkatnya
ketuntasan belajar siswa dadi siklus satu ke siklus II, dimana ketuntasan
secara individual tercapai jika siswa memperoleh nilai minimal 65 dan
ketuntasan secaran klasikal tercapai jika 85% siswa mencapai nilai lebih dari
skor ideal 100.
3. Meningkatnya
aktifitas belajar siswa dari siklus satu ke siklus II
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,Mulyono,
2003. Pendidikan bagi anak yang
berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anita Lie
(2002). Cooperativf Learing, Memperhatikan
Cooperatif Learing di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:Grasindo.
Badolo,Mas’ud.2003.PedomaN dan Teknik Penulisan Skripsi.Parepare:UMPAR
Parepare
Erman Suherman,
Tumidi, Didi Suryadi, Tatang Herman, Suhendra, Sufyani, Prabawanto, Nurjannah,
Ade Rohayati. (2003). Strategi
Pembelajara Matematika Kontenporer. Bandung jurusan Matematika FMIPA
Universitas Pendidikan Matematika.
Ibrahim, Muslim
dan Nur, Muhammad. (2000). Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Universitas Negri Surabaya.
Moh. User Usman.
(2002) Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rosmini. (2006).
Peningkatan hasil belajar matemayika
melalui gaya mengajar kinestika pada murid IX MTS Aisyah Makassar. Skripsi
FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sujono. (1998). Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah.
Jakarta: Depdikbut Dirjen Dikti.
Wina Sanjaya.
(2005). Pembelajara dalam Implementasi
Kurikulum berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup
0 komentar:
Post a Comment