BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan
yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai
tugas untuk memilih model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang
disampaikan demi terciptanya tujuan pendidikan. Sampai saat ini masih banyak
ditemukan kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika.Sebagian
generasi penerus bangsa adalah pelajar atau siswa yang perlu mendapat pembinaan
secara tepat dan terarah. Tujuan terpenting dari pendidikan adalah membantu
para siswa belajar bagaimana berfikir (learn
how to think) secara produktif,dengan memadukan cara berfikir kreatif dan
cara berfikir kritis.Cara berfikir kreatif memfokuskan diri pada bagaimana
seorang siswa menggeneralisasikan ide-ide, sementara cara berfikir kritis lebh
menekankan diri pada mengevaluasi ide-ide yang ada.Siswa dituntut untuk aktif,
kreatif, dan inovatif dalam merespon setiap pelajaran yang diajarkan.
Oleh sebab itu,dengan adanya problem solving yang mendidik siswa menjadi lebih mandiri akan
meningkatkan cara berfikir kreatif dan kritis para siswa sehngga dapat memperoleh
pembelajaran matematika yang optimal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah latar belakang lahirnya teori polya ?
2.
Apa pengertian dan ciri-ciri teoribelajarpolyadalam
pembelajaranmatematika ?
3.
Apa sajakah tahap – tahap teoribelajarpolyadalam
pembelajaranmatematika ?
4.
Bagaimanakah strategiatauteknikteoribelajarpolyadalampembelajaranmatematika ?
5.
Bagaimanakah penerapanteoribelajarpolyadalampembelajaranmatematika ?
6.
Apakah kelebihandankekuranganteoribelajarpolyadalam
pembelajaranmatematika ?
C.
Rumusan Masalah
1.
UntukmengetahuilatarbelakangLahirnyaTeoriPolya.
2.
Untuk mengetahuipengertiandanciri-ciriteoribelajarpolyadalam
pembelajaranmatematika.
3.
Untuk mengetahui tahap – tahap teoribelajarpolyadalam
pembelajaranmatematika.
4.
Untuk mengetahui strategiatauteknikteoribelajarpolyadalampembelajaranmatematika.
5.
Untuk mengetahui penerapanteoribelajarpolyadalampembelajaranmatematika.
6.
Untuk mengetahui kelebihandankekuranganteoribelajarpolyadalam
pembelajaranmatematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LatarBelakangLahirnyaTeoriPolya
Polya
layak disebut matematikawan paling berpengaruh pada abad 20. Riset mendasar
yang dilakukan pada bidang analisis kompleks, fisika matematikal, teori
probabilitas, geometri dan kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi
perkembangan matematika. Sebagai seorang guru yang piawai, minat mengajar dan
antusiasme tinggi tidak pernah hilang sampai akhir hayatnya. Semasa di Zurich,
karya-karya di bidang matematika sangat beragam dan produktif. Tahun 1918,
mengarang makalah tentang deret, teori bilangan, sistem voting dan
kombinatorik. Tahun berikutnya, menambah dengan topik-topik seperti astronomi
dan probabilitas. Meskipun pikiran sepenuhnya ditumpahkan untuk topik-topik di
atas, namun Polya mampu membuat hasil mengesankan pada fungsi-fungsi integral.
Tahun
1933, Polya kembali mendapatkan Rockefeller
Fellowship dan kali ini dia pergi ke Princeton. Saat di Amerika, Polya
diundang oleh Blichfeldt untuk mengunjungi Stanford yang menarik minatnya.
Kembali ke Zurich pada tahun 1940, namun situasi di Eropa menjelang perang
dunia II, memaksa Polya kembali ke Amerika. Bekerja di universitas Brown dan
Smith College selama 2 tahun, sebelum menerima undangan dari Stanford yang
diterimanya dengan senang hati. Sebelum meninggalkan Eropa, Polya sempat
mengarang buku How to Solve It yang
ditulis dalam bahasa Jerman. Setelah mencoba menawarkan ke berbagai penerbit
akhirnya dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris sebelum diterbitkan oleh
Princeton. Buku ini ternyata menjadi buku best seller yang terjual lebih dari 1
juta copy dan kelak dialihbahasakan ke dalam 17 bahasa. Buku ini berisikan
metode-metode sistematis guna menemukan solusi atas masalah yang dihadapi dan
memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya sendiri karena memang sudah ada
dan dapat dicari.
B. Pengertian
dan Ciri-ciri Teori Belajar
Polya dalam Pembelajaran Matematika
Newell dan Simon menulis bahwa, Seseorang
dihadapkan dengan masalah ketika menginginkan suatu dialog dan tidak tahu
dengan serangkaian tindakan apa yang harus lakukan untuk mendapatkannya.
Polya mendefinisikan problem solvingsebagai pencarian beberapa
tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang jelas dipahami, tetapi tidak
segera dicapai. Dimana tidak ada kesulitan, maka tidak ada masalah. Menurut
Michaelis adalah aktivitas atau proses
yang dilakukan untuk individu mencari solusi akan suatu masalah. Adapun menurut
Fisher problem solvingadalah suatu
proses dimana anak dapat belajar untuk menggunakan pengetahuan mereka, berdasarkan
konsep proses keterampilan yang ada pada diri anak. Keterampilan yang harus
dimiliki anak adalah kritis, kreatif dalam proses strategis seperti mengamati,
perancangan, pengambilan keputusan, kerjasama kelompok, pengungkapan pendapat,
menerapkan proses mengevaluasi solusi.
Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan Problem solving sebagai rangkaian tindakan yang tepat digunakan
untuk mencapai tujuan. Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harusmemiliki banyak pengalaman dalam
memecahkan berbagai masalah. Berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan memiliki
nilai lebih tinggi dalam tes problem
solvingdibandingkan anak yang lebih sedikit latihannya.
Problem solving adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan masalah menjadikan sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan
atau jawabannya masalah oleh siswa. Jadi ini memberikan tekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar. problem solvingdapat berlangsung
bila seseorang dihadapkan suatu persoalan pada yang didalamnya terdapat
sejumlah jawaban kemungkinan. Upaya menemukan jawaban itu kemungkinan merupakan
suatu proses pemecahan masalah.
Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi, atau suatu penemuan
melaui pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan (eksperimen) atau data
dari lapangan. Belajar problem solving dapat berlangsung proses belajar dalam,
yang berkaitan ilmu-ilmu dengan sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam,
matematika. Oleh sebab bentuk belajar ini menekankan pada penemuan pemecahan
masalah, maka pembelajaran bertujuan membentuk kemampuan yang memecahkan
masalah, lebih menekankan penyajian bahan pada dalam, bentuk masalah penyajian
yang menuntut proses penemuan pemecahan masalah.
Problem solving menekankan pada
kegiatan belajar siswa yang yang optimal bersifat, dalam, upaya pemecahan
menemukan jawaban atau terhadap suatu permasalahan semacam ini memungkinkan
belajar siswa mencapai pemahaman terhadap apa yang tinggi yang dipelajari.
Disamping itu, proses belajar menekankan prinsip-prinsip pada berpikir ilmiah,
yang bersifat kritis proses analitis. Dengan demikian, diharapkan menguasai
siswapun prosedur melakukan penemuan ilmiah, proses mampu melakukan proses
berpikir analitis.
Ciri-ciri utama problem solvingadalah
sebagai berikut:
1.
Suatupengajuanpertanyaanataumasalah
2.
Memusatkanketerkaitanantardisiplin
3.
Menghasilkankaryakerjasama proses
peragaan.
C. Tahap –
Tahap Teori Belajar Polya dalam Pembelajaran Matematika
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan Problem solving.
1) Adapunlangkah-langkahdalammenyelesaikanmasalahmatematikamenurutHudoyosebagaiberkut:
a.
Mengerti masalah
·
Apa yang dipertanyakanataudibuktikan?
·
Data apa yang diketahui?
·
Bagaimanasyarat-syaratnya?
b.
Membuatrencanapenyelesaian
·
Pengumpulaninformasi yang berkaitanprasyarat yang
telahditentukan.
·
Menganalisisinformasidenganmelaksanakananalogimasalah.
·
Jikasiswamenemuijalanbuntu, maka guru
membantumerekamelihatmasalahdarisudut yang berbeda.
c. Melaksanakan rencana penyelesaian dengan Memeriksa atau meneliti setiap
langkah
d. Mengevaluasi kembali penyelesaian
·
Kecocokanhasil
·
Apakahadahasil yang lain?
·
Apakahadacara yang lain untukmenyelesaikanmasalahtersebut?
·
Dengancara yang berbedaapakahhasilnyasama?
2)
MenurutMarjonopemecahanmasalahmatematikamemerlukanketerampilanmenghitung,membaca,dankemampuanmenyatakanhubungan.
Lebihjauhbeliaumengungkapkanbahwapemecahanmasalahmatematikamemerlukanlangkah-langkahsebagaiberikut:
a.
Memahamisoaldenganmengetahuiinformasi yang diberikan, yang
harusdicariarti kata-kata atauistilah yang ada,darisoal yang sejenis yang
pernahdikerjakan.
b.
Menentukanhubungan yang adadengansoal yang
pernahdiselesaikansertamembuatsoal yang lebihsederhana.
c.
Menentukanstrategidanmengidentifikasistruktursoal (fakta-fakta,syarat-syarat
yang ada) kemungkinanmenentukan model penyelesaian, apakahberupapersamaan,
pertidaksamaan,dansebagainya.
d.
Menggunakan model yang telahditentukan
e.
Menafsirkanhasil yang telahdiperoleh
f.
Menganalisismetodepenyelesaian,
yaitumelukiskanlangkah-langkahdalamurutan yang logis, menunjukkaninformasi yang
dperoleh, danpenalaran yang digunakan.
3)
MenurutPolya, langkah-langkahdalampemecahanmasalahmatematikayaitu
:
a.
Memahamimasalahadalahmenyatakandenganrincitentangapa
yang diketahui, ditanyaatausyarat- syarat yang harusdipenuhi.
b.
Membuatrancanganpenyeleseanmencarihubunganantaraapa
yang ditanyakandenganapa yang diketahuisertamemilihstrategipemecahanmasalah.
c.
Melaksanakanrencanapenyelesainmenyelesaikanmasalahsesuaidenganstrategipemecahanmasalah
yang telahdipilihdalampembuatanrencanapenyeesaiandiatas .
d.
Melihatkembalipenyelesaianmengecekhasil
yang diperolehapakahadacara lain untukmendapatkanpenyelesain yang
samadanapakahhasil yang diperolehsudahcocokdenganmasalahsemula.
D. Strategi
atau TeknikTeori Belajar
Polya dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Polya
beberapa strategi dalam pemecahan masalah antara lain:
1. Mencoba-coba
Strategi
ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalah
(trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil,
adakalanya gagal. Proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu analisis yang
tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.
2. Membuat diagram
Strategi
ini berkait dengan pembuatan gambar untuk mempermudah memahami masalah dan
mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini,
hal-hal yang diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas
kertas.
3. Mencobakan pada soal yang lebih
sederhana
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh-contoh
khusus yang lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum
penyelesaian masalah akan lebih mudah dianalisis dan akan lebih mudah
ditemukan.
4. Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan
atau jalan pikiran, sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.
5. Menemukan pola
Strategi ini berkait dengan pencarian
keteraturan-keteraturan. Keteraturan yang sudah diperoleh akan lebih
memudahkan untuk menemukan penyelesaian masalahnya.
6. Memecah tujuan
Strategi
ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak dicapai. Tujuan pada
bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang
sebenarnya.
7. Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi
ini berkait dengan penggunaan aturan- aturan yang dibuat sendiri oleh para
pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan
tidak akan ada satu alternatif yang terabaikan.
8. Berpikir logis
Strategi
ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah
atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
9. Bergerak dari belakang
Dalam
strategi ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa yang ditanyakan,
bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses tersebut dianalisis untuk
dicapai pemecahan masalahnya.
10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dalam
strategi ini setelah memahami masalah dengan merumuskan apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan. Bila ditemukan hal yang tidak berhubungan dengan apa yang
diketahui dan apa ditanyakan sebaiknya diabaikan.
E. Penerapan Teori Belajar Polya dalam Pembelajaran Matematika
Saat ini teori belajar yang
dikemukakan Polya sangatlah memberikan bantuan bagi para pendidik dan anak
didikannya karena dapat memecahkan masalah terutama dalam dunia Matematika.
Penerapan yang sudah digunakan disekolah-sekolah membuat anak didik menjadi
lebih gampang dalam mempelajari Matematika. Salah satu contoh penerapan yang
dilakukan oleh sekolah dasar yaitu Proses pembelajaran
matematika di SDN Pojok 01 guru hanya menerangkan materi berdasarkan yang
terdapat pada buku, dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah
dan pemberian tugas, sulitnya memberikan bimbingan siswa untuk menemukan
prosedur atau cara dalam pemecahan masalah yang mudah dipahami dan diterapkan
siswa. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami
materi luas persegi panjang.
Penelitian ini
bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan problem
solving menurut polya untuk meningkatkan hasil belajar luas persegi panjang
di kelas III SDN Pojok 01 kabupaten blitar serta mendiskripsikan peningkatan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran luas persegi panjang melalui model problem solving di kelas III SDN Pojok
01 kabupaten Blitar.
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian siswa kelas III SDN Pojok 01
Kabupaten Blitar dengan jumlah 15 siswa. Teknik yang digunakan untuk mendukung
data penelitian ini meliputi: observasi, tes, dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penerapan model Problem Solving pada materi luas persegi
panjang yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan
rencana, dan pemeriksaan kembali. Hasil penelitian ini melalui model Problem Solving dapat mengatasi masalah
pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar
siswa yang sangat baik pula. Persentase ketuntasan belajar siswa pada pra
tindakan adalah 33,33%, pada siklus I 80%, pada siklus II 100%.
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan problem solving dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III SDN Pojok 01, oleh karena itu disarankan model problem solving dapat dijadikan
alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran Matematika selanjutnya.
Sebaiknya dalam penilaian hasil belajar siswa, guru tidak hanya berpedoman pada
tes tulis tetapi juga menerapkan penilaian proses.
F. Kelebihan
dan kekurangan Teori Belajar Polya dalam Pembelajaran
Matematika
Kelebihan dariTeori Belajar Polya
dalam Pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut:
1. Problem solvingmerupakan pemecahan masalahyang
bagus untuk memahami pelajaran.
2. Dapat meningatkan
aktifitas siswa dalam pembelajaran.
3. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para
siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil.
4. Metode ini merangsang
pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif, menyeluruh, dan membiasakan siswa untuk berani thingking out of the box (berfikir lain
daripada yang lain) karena dalam proses belajarnya siswa
banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam
rangka mencari pemecahan masalah.
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia kehidupan sehari.
6. Problem solving ini perlu dibiasakan pada diri siswa sebab kenyataan hidup
manusia pada hakekatnya memerlukan keahlian ini untuk memecahkan secara cerdas
serangkaian masalah yang dia hadapi.
Kelemahan teori belajar polya dalam pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya kesiapan
guru dalam proses untuk berkolaborasi memecahkan masalah.
2. Proses
belajar merngajar dengan menggunakan metode ini membutuhkan waktu yang lama dan
sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3. Menentukan
suatu masalah yang tingkat kesulitannya tidak sesuai dengan tingkat berpikir
siswa, tingkat sekolahan dan kelasnya.
4. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan
mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi berakar dengan banyak
berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang
memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
5. Kalau di dalam kelompok kemampuan anggotanya heterogen, maka
siswa yang pandai akan mendominasi diskusi sedangkan siswa yang kurang pandai
menjadi pasif sebagai pendengar saja
Mustamin, Ilham. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Geometri Dimensi 3 melalui Pendekatan Problem Solving pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Parepare. Skripsi: UMPAR.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Said. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Jakarta. Cetakan ketiga, Agustus 2006.
Arens, Richard I.2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sumiati, Asra. 2007. Metode Pelajaran. Bandung : CV Wacana
Prima.
Kase`p, Dimas. 2008. Problem Solving dalam Profesi Keguruan. http://dhimaskasep.files.wordpress.com/2008/02/t-05-problem-solving-approach-dalam-pk.pdf. Akses: 18 Maret 2013.
makasih kak untuk refrensinya
ReplyDeletetepung tapioka sama dengan