BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembelajaran
yang ada selama ini masih banyak yang didominasi guru saja,sedangkan siswa
hanya Datang, Duduk, Dengar, Catat, dan Hafal atau yang dikenal dengan istilah
D3CH, keadaan seperti ini
memberikan dampak buruk bagisiswa, salah satunya adalah siswa hanya menguasai materi yang diberikan tanpa mengetahui manfaat dan cara mengaplikasikan ilmu atau pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika sistem pembelajaran seperti ini masih sering berlangsung, ada beberapa kemungkinan buruk yang akan terjadi, antara lain siswa menjadi kurang tertarik pada pelajaran, kemudian timbulnya kejenuhan, rasa bosan, bersikap pasif terhadap pelajaran dan kemungkinan terburuknya adalah siswa sudah tidak mau belajar matematika atau benci dengan matematika.
memberikan dampak buruk bagisiswa, salah satunya adalah siswa hanya menguasai materi yang diberikan tanpa mengetahui manfaat dan cara mengaplikasikan ilmu atau pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika sistem pembelajaran seperti ini masih sering berlangsung, ada beberapa kemungkinan buruk yang akan terjadi, antara lain siswa menjadi kurang tertarik pada pelajaran, kemudian timbulnya kejenuhan, rasa bosan, bersikap pasif terhadap pelajaran dan kemungkinan terburuknya adalah siswa sudah tidak mau belajar matematika atau benci dengan matematika.
Hal
ini menjadi salah satu penyebab prestasi hasil belajar matematika siswa masih
tergolong rendah. Salah satu bentuk penggunaan teknologi pembelajaran yang
dapat menggabungkan unsur pendidikan dan unsur hiburan adalah digunakannya teknologi
informasi berbasis komputer. Penggunaan teknologi informasi yang berbasis
komputer, diharapkan dapat menjadi salah satu cara inovatif dalam penyampaian
materi pembelajaran, apalagi didukung kenyataan sebagian sekolah sudah memiliki
komputer, bahkan laboratorium komputer, sudah saatnya komputer digunakan untuk
kepentingan pembelajaran. Dengan menggunakan media komputer sebagai
penyajiannya, materi pembelajaran dapat disajikan secara lebih interaktif dan
menarik. Dengan adanya interaktivitas ini siswa dengan mudah dapat memilih
bagian materi pelajaran yang ingin dipelajari atau mempelajari bagian materi
yang belum dipahami.
B.
Masalah yang diuraikan
Adapun masalah yang diuraikan dalam makalah ini yakni :
1.
Apakah yang dimaksud dengan media pembelajaran dan media pembelajaran dalam matematika ?
2.
Bagaimanakah kriteria media
Pembelajaran ?
3.
Bagaimana peranan media dalam
pembelajaran matematika?
4.
Apa kelebihan dan kekurangan
media pembelajaran ?
C.
Tujuan
Pembelajaran
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini :
1.
Mengetahui hakikat media pembelajaran
dan media pembelajaran dalam matematika,
2.
Mengetahui kriteria media
pembelajaran,
3.
Mengetahui peranan media dalam
pembelajaran matematika,
4.
Mengetahui kelebihan dan
kekurangan media pembelajaran.
D.
Manfaat
Melalui makalah hakikat media pembelajaran ini, mahasiswa maupun calon guru
dapat memahami hakikat dari media pembelajaran yang sesungguhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Media Pembelajaran
Proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Menurut Sanjaya,Wina (2006, 162)
mengemukakan bahwa dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga
komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan
(murid), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran.
Kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi
pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh murid
dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan
baik oleh murid, lebih lagi murid sebagai penerima pesan salah menangkap isi
pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun
strategi pembelajran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
1.
Definisi
media
Kata Media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Asosiasi
Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dalam (Sadirman,Arief
S, dkk. 2008:7) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Apapun batasan
yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan,
minat serta perhatian murid sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Gerlach dan Ely (dalam
Arsyad, Azhar.2009.3) mengatakan bahwa media apa bila dipahami secar garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian
ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secarah lebih
khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap,
memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
2.
Definisi
Media pembelajaran
Media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Dengan istilah
mediator, media berfungsi mengatur hubungan yang efektif antara siswa dan isi pelajaran
dalam pembelajaran. Dapat dikatakan pula setiap system pembelajaran yang melakukan
mediasi, mulai dari guru sampai peralatan canggih dapat disebut sebagai media.
Dengan demikian, media pembelajaran adalah alat yang menyampai-kan atau
menyalurkan pesan pembelajaran.
Inti dari pembelajaran adalah proses komunikasi.
Komponen komponen
proses komunikasi dalam pembelajaran terdiri atas (a) pesan berupa materi
pelajaran, (b) sumber pesan, (c) media, dan (d) penerima pesan yaitu siswa.
3. Definisi Media
Pembelajaran Matematika
James dalam Suherman (2001:16)
menyatakan bahwa : “Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan,besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu :
aljabar, analisis, dan geometri”.
Masih
banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut
setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi
tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan
manusia mulai dari yang paling sederhana sampai yang lebih kompleks. Dalam
pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan
kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Dienes dalam Muhkal (http://www.acehsaya.com/2012/03/) yang menyatakan bahwa
“Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep
tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk
sebelumnya”.
Dari beberapa pengertian belajar di
atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran matematika adalah suatu konsep
aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang
memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematik yang dituangkan kedalam
media pembelajaran yang dimana baik itu perhitungan pembagian semuanya dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat sehinggah lebih memudahkan bagi peserta didik
untuk memahami pembelajaran matematika dengan lebih menarik dari yang
sebelumnya.
B.
Kriteria
Media Pembelajaran
Gerlach menyebutkan bahwa media jika dipahami dalam
garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu meperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad
(2002).
Ruseffendi, (1994:132) mendefinisikan alat peraga
matematika atau media pembelajaran matematika merupakan alat untuk menerangkan
/ mewujudkan konsep matematika. batasan
bahwa alat peraga merupakan alat bantu mendidik dan mengajarkan siswa agar apa
yang diajarkan mudah dimengerti oleh siswa.
Dalam hal ini, Muchadis (1996:14) mengemukakan
beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menentukan keberhasilan suatu media
pembelajaran.
Adapun kriteria keberhasilan media terdiri atas :
1.
tingkat ketertarikan,
2.
keterpahaman,
3.
kredibilitasnya,
4.
tingkat identifikasi
perilaku atau kejadian,
5.
ketepatan pesan yang
disampaikan,
6.
daya penuh terhadap
pemusatan perhatian,
7.
tingkat kesesuaiannya
dengan usia,
8.
keefektifan
pendekatannya,
9.
keseimbangannya dengan
kelompok masyarakat,
10. tingkat
penghargaan terhadap nilai-nilai,
11. tingkat
keakuratan isinya,
12. kontribusinya
terhadap kemampuan daya ingat,
13. efektif,
dan
14.
standar teknis.
Beberapa istilah media pembelajaran yang kebanyakan
para ahli pendidikan membedakannya antara media dan alat peraga, namun kedua
istilah tersebut juga digunakan saling bergantian. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan
perangkat lunak, mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu,
Beberapa pertimbangan
yang perlu diperhatikan antara lain:
1.
Media yang dipilih
hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen yang utama yang harus
diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan media harus jelas dan
operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku
(behavior).
2.
Aspek materi menjadi
pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya
antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil
pembelajaran siswa.
3.
Kondisi audien (siswa)
dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih
media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor umur, intelegensi, latar belakang
pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan
pertimbangan dalam memilih media pengajaran.
4.
Ketersediaan media di
sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan
merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu
media dianggap tepat untuk digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut
tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain
atau merancang suatu media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan
oleh guru.
5.
Media yang dipilih
seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa)
secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan ditetapkan dapat
dicapai secara optimal.
6.
Biaya yang akan
dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan
dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana mungkin lebih menguntungkan daripada
menggunakan media yang canggih (teknologi tinggi) bilamana hasil yang dicapai
tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan.
Imansjah Alipande (2000 : 153)
mengemukakan, “Alat bantu mengajar atau alat peraga adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan dalam mengajar agar pengajaran dapat berlangsung
efektif dan efisien.
C.
Peran Media
dalam Pembelajaran Matematika
Seperti
yang telah disebutkan diatas media sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Matematika. Terdapat beberapa alasan
pentingnya media dalam pembelajaran matematika, yaitu :
1.
Objek matematika itu abstrak
sehingga memerlukan peragaan dengan alat pembelajaran matematika, materi
matematika yang abstrak disajikan kedalam pendekatan yang lebih konkret, ada
visualisasinya, serta manfaat dalam mempelajari materi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Sementara menurut Murwani (1999), untuk membelajarkan
matematika secara benar pada siswa mutlak harus menggunakan alat peraga untuk
memudahkan siswa mengenal konsep‑konsep matematika.
2.
Sifat materi matematika tidak mudah dipahami materi dari
matematika bersifat abstrak, hal ini menjadikan materi matematika tidak mudah
dipahami oleh kebanyakan siswa. Maka dari itu dengan alat pembelajaran
matematika siswa diharuskan berpartisipasi lebih aktif, mereka tidak hanya
melihat, mendengar, dan memperhatikan saja, tetapi mereka juga harus melakukan/latihan,
sehingga pembelajaran minds on dan hands on bisa tercapai, konsep dibangun oleh
siswa sendiri.
3.
Hirarki matematika ketat dan kaku. Dalam
matematika terdapat materi prasyarat yang diperlukan untuk dapat menginjak ke
materi selanjutnya. Hirarki belajar menurut Gagne
harus disusun dari atas ke bawah atau up down (Orton,1987). Dimulai dengan
menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah
satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut,
diikuti kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite)
yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari
keterampilan atau pengetahuan diatasnya. Hirarki matematika bersifat
ketat dan kaku artinya dalam pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan
konsep-konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret
sebagai prasyarat berikutnya lagi. Jadi diperlukan media agar dapat menuntun
untuk terbiasa dalam belajar matematika yang tatanannya bersifat siatematis dan
cenderung kaku.
4.
Aplikasi matematika kurang nyata. Dapat
dirasakan oleh siswa bahwa aplikasi matematika itu kurang nyata, bahkan siswa
hanya menganggap bahwa matematika adalah kumpulan angka dan simbol-simbol. Oleh
karena itu diperlukan media agar matematika dapat diaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan begitu siswa juga dapat dengan mudah dalam
mempelajari konsep-konsep dalam matematika.
5.
Belajar matematika perlu fokus. Matematika
memang tidah mudah dipahami, serta hirarkinya yang kaku sehingga membuat siswa
menjadi kesulitan dalam mempelajari matematika. Maka dari itu siswa harus fokus
ketika guru sedang menerangkan materi matematika, sedangkan kebanyakan guru
menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya. Akibatnya siswa menjadi cepat
lelah dan bosan dalam belajar matematika, oleh karena itu guru dituntut untuk
memiliki kreatifitas dalam pembelajaran matematika. Alat peraga dapat membatu
guru untuk menyampaikan ide atau gagasannya dalam pembelajaran matematika agar
siswa lebih aktif dan tidak bosan.
6.
Citra pembelajaran matematika kurang baik.
Pandangan siswa saat ini terhadap matematika memang kurang baik, mereka
berpandangan bahwa pembelajaran matematika itu menakutkan, tegang, bosan dan
banyak PR. Hal ini disebabkan karena guru kurang dapat mengkomunikasikan materi
matematika yang bersifat kaku tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan
baik oleh siswa. Pembelajaran matematika di
sekolah sampai saat ini umumnya dimulai dari penyampaian definisi atau
pengertian dari suatu objek secara
intuitif, dilanjutkan dengan
pengoperasian terhadap objek tersebut, serta diakhiri dengan pemberian contoh kemudian pemberian tugas atau PR yang banyak sebagai latihan. Dalam pembelajaran matematika yang notabennya banyak
siswa yang menganggap bahwa matematika itu sulit, penuh dengan rumus-rumus dan
angka-angka, sehingga sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa sudah
menyerah dan merasa tidak akan mampu menguasai materi pelajaran yang akan
disampaikan, hal ini mengakibatkan siswa menjadi tidak dapat berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu alat peraga dapat membantu
guru untuk mengubah paradigma yang selama ini berkembang pada masyarakat pada
umumnya dan siswa khususnya.
7.
Kemampuan kognitif siswa masih
konkret. Pada dasarnya kemampuan kognitif siswa itu konkret, sedangkan materi
matematika itu bersifat abstrak. Hal ini akan menjadi hambatan bagi siswa dalam
pembelajaran matematika. maka untuk memahami konsep dan prinsip masih
diperlukan pengalaman melalui obyek konkret (Soedjadi, 1995:1) Suatu konsep
diangkat melalui manipulasi dan observasi terhadap obyek konkret, kemudian
dilakukan proses abstraksi dan idealisasi. Jadi dalam proses pembelajaran
matematika, peranan media/alat peraga sangat penting untuk pemahaman suatu konsep
atau prinsip.
D.
Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran Matematika
Adapun kelebihan menggunakan media
dalam pembelajaran matematika antara lain:
1. Bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga lebih jelas dipahami siswa sehingga memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
2. Metode mengajar akan lebih
bervariasi.
3. Siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar
4. Motivasi belajar dari para siswa
dapat ditumbuhkan / dinaikkan
5. Dapat mengatasi sifat pasif dari
para siswa
Adapun kekurangan dalam penggunaan
media dalam pengajaran matematika antara lain:
1. Biaya pengadaan
2. Pengalaman seorang guru dalam
menggunakan media pengajaran tersebut.
Study Kasus
Bagaimana
jika di suatu sekolah tidak memiliki media pembelajaran yang memadai, jelaskan solusinya
?
Jawaban :
Dalam
pembelajaran guru harus kreatif, meskipun tidak ada fasilitas yang memadai
seorang guru harus mengusahakan dengan metode-metode pembelajaran dengan
menggunakan media-media yang ada. Media yang mewah tidak menjamin lancarnya proses
pembelajaran
Rangkuman
1.
Belajar adalah sebuah proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan terjadi seumur hidup, dari ayunan
sampai ke liang lahat.
2.
Pada hakikatnya proses belajar
mengajar itu merupakan proses komunikasi, baik komunikasi antara siswa dengan
guru, komunikasi antar siswa, atau bahkan komunikasi antara siswa dengan
lingkungan belajar.
3.
Menurut Santoso S. Hamidjojo, media
adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga
gagasannya sampai pada penerima.
4.
Menurut Mc Luhan, media adalah
sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas
atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat
batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bentuan media
batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
5.
Imansjah Alipande (2000
: 153) mengemukakan, “Alat bantu mengajar atau alat peraga adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam mengajar agar pengajaran dapat
berlangsung efektif dan efisien.
6.
Objek matematika itu abstrak
sehingga memerlukan peragaan dengan alat pembelajaran matematika, materi
matematika yang abstrak disajikan kedalam pendekatan yang lebih konkret, ada
visualisasinya, serta manfaat dalam mempelajari materi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Sementara menurut Murwani (1999), untuk membelajarkan
matematika secara benar pada siswa mutlak harus menggunakan alat peraga untuk
memudahkan siswa mengenal konsep‑konsep matematika
Soal – soal
1.
Kenapa proses pembelajaran
dikatakan proses komunikasi ?
2.
Jelaskan pengertian media?
3.
Apakah kondisi audiens merupakan
pertimbangan untuk menentukan media yang akan digunakan?
4.
Kapan media pembelajaran
dikatakan berhasil?
5.
Apa hubungan media dengan
kefokusan dalam pembelajaran matematika?
6.
Apakah tv termasuk media
pembelajaran jelaskan?
7.
Kenapa diperlukan alat pembelajaran?
8.
Jelaskan pengertian media
pembelajaran matematika?
9.
Tuliskan kelebihan media dalam
pembelajaran?
10. Tuliskan kekurangan media dalam pembelajaran?
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar
adalah sebuah proses yang kompeks yang terjadi pada semua orang dan terjadi
seumur hidup, dari ayunan sampai ke liang lahat. Salah satu tanda telah
terjadinya proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi, baik
komunikasi antara siswa dengan guru, komunikasi antar siswa, atau bahkan
komunikasi antara siswa dengan lingkungan belajar. Media adalah semua bentuk
perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada
penerima. Media sangat berperan penting dalam proses pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran Matematika.
B. Kritik
dan saran
Diakui
atau tidak, sekarang ini kebodohan masih menggelayut pada masyarakat kita.
Perkembangan ilmu dan tekhnologi serta tipisnya jarak antara dunia maju dengan
bangsa terbelakang akibat globalisasi, belum mampu mengubah bangsa ini menjadi
bangsa yang cerdas dan berilmu.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta:
CV Rajawali
Gagne,
(Arsyad, Azhar. 2011: 4). Mendefinisikan
Hirarki Pembelajaran.
Gerlach, Elly, ( Arsyad, Azhar. 2011:6). Mendefinisikan Media.
James,
(Sundayana, Rostina. 2013: 7).
Mendefinisikan Matematika.Alfabeta. Muchadis, (Sumiati dan Asra. 2009:11). Menyatakan Matematika Abstrak. Bandung:
CV. Wacana Prima
Imansjah
Alimpade, (Sumiati dan Asra. 2009:6).
Kriteria Pemilihan Media: CV. Wacana Prima
Natali.2011.HakikatMediaPembelajaran.
Ruseffendi,
(Sundayana, Rostina. 2013:6). Media
Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima
Sundayana,
Rostina. 2013. Media Pembelajaran
Matematika. Bandung: Alfabeta
Sanjaya,
Wina, (Sundayana, Rostina. 2013: 13). Media
Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta
Sadiman,
dkk ( Sundayana, Rostina, 2013: 5). Defenisi
Media Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Santoso
S, Hamidjojo, (Sundayana, Rostina. 2013:12) Media
Pembelajaran Matematika.
ijin copy yah kak makasih
ReplyDeletenama lain tepung tapioka