BAB II
PEMBAHASAN
A. MASALAH PENYESUAIAN DIRI DAN KESEHATAN
MENTAL
Kegiatan
atau tingkah laku individu pada hakikatnya merupakan cara pemenuhan kebutuhan.
Banyak cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhannya baik cara-cara yang
wajar maupun yang tidak wajar,dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan,
individu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan yang ada dalam lingkungannya,
proses ini disebut sebagai proses penyesuaian diri.
Proses
penyesuaian diri menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri sendiri. Jika
individu berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa
menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut ”well adjusted” atau penyesuaian dengan
baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut
disebut “maladjusted” atau salah
suai.
a.
Penyesuaian Normal
Schneiders
menjelaskan cirri-ciri orang yang well adjusted atau penyesuaian dengan baik
adalah orang yang mampu merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang,
efisien, puas dan sehat. Yang dimaksud dengan efisien adalah hasil yang dicapai
tidak banyak membuang enerji, waktu dan kekeliruan.
b.
Penyesuaian Menyimpang
Penyesuaian
diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan kebutuhan
dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat. Penyesuaian menyimpang ini bisa dikatakan ssebagai
tingkah laku abnormal, terutama terkait dengan kriteria sosiopsikologis dan
agama.
Penyesuaian yang menyimpang ditandai dengan respon-respon
berikut:
1)
Reaksi bertahan
Organisme atau individu dikepung oleh
tuntutan-tuntutan dari dalam diri sendiri dan dari luar yang terkadang
mengancam rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman egonya, individu
mereaksi dengan mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini muncul
dilatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologis, seperti inferiority (perasaan
rendah diri), inadequacy (perasaan tidak mampu), failure (perasaan gagal), dan
guilt (perasaan bersalah).
Mekanisme pertahan diri memiliki
beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
o Kompensasi, usaha-usaha psikis yang tidak disadari untuk menutupi kelemahan diri dengan cara mengembangkan respon-respon yang dapat mengurangi ketegangan dan frustasi sehingga dapat meningkatkan penyesuaian individu.
o Kompensasi, usaha-usaha psikis yang tidak disadari untuk menutupi kelemahan diri dengan cara mengembangkan respon-respon yang dapat mengurangi ketegangan dan frustasi sehingga dapat meningkatkan penyesuaian individu.
o
Sublimasi, pengerahan enerji-enerji drive atau motif secara tidak sadar kedalam
kegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara sosial maupun moral.
o Rasionalisasi, upaya mereka-reka alasan untuk menutupi suasana emosional yang tidak nyaman, tidak dapat diterima atau merusak kebutuhan pribadi (ego) atau status.
o Rasionalisasi, upaya mereka-reka alasan untuk menutupi suasana emosional yang tidak nyaman, tidak dapat diterima atau merusak kebutuhan pribadi (ego) atau status.
o
Sour grape (anggur masam), mekanisme pertahanan diri sama dengan rasionalisasi,
yaitu sikap menipu diri sendiri.
o
Egosentrisme dan superioritas, merupakan sikap-sikap yang dipandang efektif
untuk melindungi dampak-dampak buruk dari perasaan inferioritas dan perasaan
gagal dalam mencapai sesuatu yang disenangi.
o
Introjeksi dan identifikasi, mekanisme pertahanan diri yang sama-sama berusaha
memelihara atau melindungi ego dari kelemahannya.
o
Proyeksi dan sikap sikap mencela (blaming), mekanisme pertahanan diri dimana
individu melepas dirinya sendiri dari kualitas atau keadaan yang tidaak
diinginkan dengan cara mengkambinghitamkan orang lain atau sesuatu sebagai
penyebabnya.
o
Represi, merupakan proses penekanan pengalaman, dorongan, keinginan, atau
pikiran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan sosial kealam tak
sadar, karena hal itu mengancam keamanan egonya.
2)
Reaksi menyerang
Reaksi menyerang atau agresi dapat
diartikan sebagai sebuah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan, dan frustasi
melalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa, atau mendominasi.
Agresi ini terefleksi dalam tingkah laku
verbal dan nonverbal. Contoh yang verbal: berkata kasar, bertengkar, panggilan
nama yang jelek, jawaban yang kasar, perkataan yang menyakitkan hati dan
kritikkan tajam. Contoh yang nonverbal yaitu menolak atau melanggar aturan,
memberontak, berkelahi, mendominasi orang lain dan membunuh.
3)
Reaksi melarikan diri
dari kenyataan
Reaksi “escape” dan “withdrawal”
merupakan perlawanan pertahanan diri individu terhadap tuntutan, desakan, atau
ancaman dari lingkungan dimana ia hidup.
Escape merefleksikan perasaan jenuh,
atau putus asa. Sementara withdrawal mengindifikasikan kecemasan, atau
ketakutan. Bentuk-bentuk reaksi escape dan withdrawal ini diantaranya:
berfantasi, melamun, banyak tidur, meminum minuman keras, bunuh diri, menjadi
pecandu ganja, narkotika, shabu-shabu atau ekstasi dan tegresi.
4)
Reaksi penyesuaian yang
patologis
Penyesuaian yang patologis ini berarti
bahwa individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat
klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit. Penyesuaian yang patologis
adalah neurosis dan psikosis.
Jika individu gagal dalam penyesuaian
diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi salah suai. Gejala-gejala salah
suai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau
kelainan tingkah laku.
B.
MASALAH BELAJAR
Dalam seluruh proses pendidikan, belajar
merupakan kegiatan inti. Pendidikan sendiri itu dapat diartikan sebagai bantuan
perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara psiklogis belajar dapat diartikan
sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif,
maupun psikomotor).
Dalam kegiatan belajar dapat timbul
berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun pengajar. Bagi siswa
sendiri , masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu
belajar, memilih cara belajar, mempergunakan buku-buku pelajaran, memilih mata
pelajaran yang cocok dan sebagainya.
a.
Faktor Internal
Ada beberapa faktor yang harus
dipenuhinya agar belajarnya berhasil. Syarat-syarat itu meliputi fisik dan
psikis.Yang termasuk faktor fisik, diantaranya: nutrisi, kesehatan dan
keberfungsian fisik . Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan kelesuan, lekas
mengantuk, lekas lelah, dan kurang bias konsentrasi. Penyakit juga dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar, apabila penyakit itu bersifat kronis atau terus menerus dan mengganggu kenyamanan.
b.
Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi aspek-aspek social
dan nasional. Yang dimaksud faktor social adalah faktor manusia, baik yang
hadir secara langsung maupun kehadirannya secara tidak langsung, seperti:
berupa foto, TV, dan tape recorder. Sedangkan yang termasuk faktor nasional
adalah keadaan, suhu udara , waktu
suasana lingkungan , keadaan tempat, gedung, dan kelengkapan alat-alat belajar.
Layanan bantuan yang seyogianya
diberikan kepada para siswa adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini
meliputi beberapa kegiatan layanan baik
yang bersifat preventif maupun kuratif. Layanan yang bersifat preventif
diantaranya dengan pemberian layanan
informasi sebagai berikut.
a.
Sikap dan kebiasaan
belajar yang positif.
b.
Cara membaca buku yang
efektif.
c.
Cara membuat catatan pelajaran.
d.
Cara mengikuti kegiatan
belajar.
e.
Cara belajar kelompok.
f.
Teknik menyusun
laporan.
Adapun bimbingan belajar yang bersifat
kuratif adalah layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki masalah atau
kesulitan belajar. Untuk membantu mereka maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut.
a.
Mengidentifikasi kasus,
dengan cara: membandingkan nilai setiap siswa dengan nilai batas lulus
kelompok, menerima laporan dari setiap guru atau wali kelas tentang aktivitas
belajar setiap siswa yang diduga bermasalah dalam belajar.
b.
Mengidentifikasi
letaknya masalah , dengan ara melihat kawasan tujuan belajar mana yang belum
tercapai, dan melihat ruang lingkup atau bahan ajar mana yang belum dikuasai.
c.
Mengidentifikasi
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.
d.
Prognosis, mengabil
kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemungkinan penyembuhannya.
e.
Treatment, pemberian
layanan bantuan sesuai dengan prognosis yang telah dilakukan.
C.
KECERDASAN MAJEMUK
Sejalan
dengan ilmu pengetahuan yang terus berkembang, konsep inteligensi pun mulai dipandang
dengan kacamata yang lebih luas.Pada tahun 1980-an seorang psikolog dari
Harvard, yaitu Howard Gardner berpendapat bahwa manusia memiliki spectrum
intelektual yang kaya, yang ditujukan dalam suatu gambar kognisi yang jelas.
Menurut Gardner, inteligensi harus memiliki standar tertentu, yaitu kemampuan
untuk mengatasi masalah dalam kehidupan, kemampuan untuk menggeneralisir
Masalah baru untuk diatasi serta kemampuan untuk membuat atau menawarkan
pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya.
Gardner
mengemukakan bahwa semua manusia memiliki delapan dasar inteligensi, yaitu
inteligensi linguistic, inteligensi logika matematika, inteligensi visual
ruang, inteligensi kinestetika tubuh, inteligensi musikal, inteligensi
interpersonal, inteligensi intra personal, dan inteligensi natural. Kedelapan
inteligensi ini disebut multiple intelligensi (inteligensi majemuk).
Howard
Gardner sebagai pelopor yang memperkenalkan konsep multiple intelligensi ini
berpendapat bahwa inteligensi seseorang tidak hanya memiliki kapasitas untuk
belajar dan menyelesaikan masalah, tetapi juga memiliki kapasitas menciptakan
sesuatu dalam konteks yang kaya serta menciptakan setting yang alamiah.
Gardner
memiliki beberapa alasan mengapa memakai istilah inteligensi.
a.
Apabila mengalami
kecelakaan atau menderita sakit yang mempengaruhi kesehatan otaknya, maka hal
itu akan mempengaruhi pada tidak berkembangnya seluruh inteligensi yang
dimilikinya.
b.
Adanya penderita
“savant” atau individu denagn kekecualian kemampuan tertentu, misalnya ada
seorang anak yang hampir keseluruan inteligensinya rendah, namun kemampuan
berhitungnya sangat menonjol. Ada juga yang “savant” pada ingatan musik yang
sangat menonjol, “savant” pada melukis ataupun “savant” pada membaca materi
bacaan yang sangat kompleks (hyperlexia),
tanpa ia memehami isi materi yang dibacanya.
c.
Adanya perbedaan
sejarah perkembangan dan suatu penampilan “akhir” yang dipastikan oleh para
ahli. Menurut Gardner inteligensi ditentukan oleh beberapa jenis aktivitas
budaya dan pertumbuhan individu yang mengikuti suatu pola perkembangan.
d.
Memiliki sejarah yang
bersifat masuk akal, sebagai contoh inteligensi kinestetika tubuh, dinilai
sangat berharga pada seratus tahun yang lalu, ketika mayoritas populasi
penduduk di dunia hidup di alam pedesaan, pada saat kemampuan untuk memanen
pada dan menumpuknya di gudang merupakan penerimaan social yang baik.
e.
Adanya dukungan dari
pengukuran tes psikologi, misalnya pada tes”Wechscler Intelligence Scale”
meliputi pengukuran inteligensi linguistic, inteligensi logika matematika,
serta inteligensi visual ruang,
f.
Mendapat dukungan dari
tugas-tugas eksprimental psikologik yang berpendapat bahwa denagn studi
psikologiksecara spesifik, maka kita dapat melihat subjek yang menguasai
keterampilan tertentu, tetapi gagal untuk mentransfernya ke inteligensi yang
lainnya, yang menunjukkan adanya factor individual pada diri manusia.
g.
Dapat
mengidentifikasikan tentang pengoperasian tiap jenis inteligensi, misalnya
inteligensi musical memiliki komponen kemampuan yang sensitif pada irama, pada
inteligensi kinestetika tubuh terdapat komponen kemampuan yang menonjol untuk
meniru gerakan-gerakan orang lain.
h.
Tiap intelegensi
memiliki system symbol tertentu, misalnya dalam inteligensi linguistic terdapat
beberapa cara berbicara dan penulisan bahasanya, seperti bahasa Inggris,
Prancis, maupun Spanyol. Inteligensi visual ruang meliputi kisaran kemampuan
yang digunakan oleh arsitek, maupun designer.
Secara
rinci delapan jenis kecerdasan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a.
Inteligensi Linguistik
Kecerdasan linguistic merupakan kemampuan yang sangat sensitive
pada suara, irama dan arti kata-kata serta keinginan yang kuat untuk
mengekspresikan dalam bentuk tulisan. Bahasa memang merupakan inteligensi
manusia pertama yang sangat diperlukan untuk bermasyarakat, baik dalam bentuk
berbicara, membaca, dan menulis. Berbicara memungkinkan seseorang untuk member
nama objek yang nyata dan berbicara tentang objek yang tidak terlihat. Membaca
membuat seseorang mengenal objek, tempat, proses dan konsep yang tidak langsung
dialami, sedangkan menulis dapat membuat komunikasi dengan seseorang tanpa
harus salaing bertemu.
Karakteristik
seseorang yang memiliki inteligensi linguistic yang tinggi adalah sebagai
berikut.
1)
Mendengar dan merespon
suara, ritmik, warna, dan variasi pengucapan kata.
2)
Mengerti suara, bahasa,
bacaan, dan tulisan orang lain.
3)
Belajar melalui
mendengar, membaca, menulis, dan berdiskusi.
4)
Mampu berbicara,
membaca, mendengar, dan menulis secara efektif.
5)
Berpengalaman dalam
mempelajari bahasa orang lain.
6)
Menggunakan
pendengaran, pembicaraan, tulisan, dan bacaan untuk berkomunikasi.
7)
Berusaha keras
meningkatkan pemakain bahasa sendiri.
8)
Memiliki perhatian pada
demonstrasi jurnalistik, puisi, dan sebagainya.
9)
Menciptakan bentuk
linguistic yang baru dan orisinil dari bahasa lisan dan tulisan.
b.
Inteligensi Logika
Matematika
Merupakan inteligensi
yang meliputi kemampuan menjumlahkan secara matematis, berpikir secara logis,
mampu berpikir secara deduktif dan induktif serta keyajaman dalam membuat
pola-pola dan hubungan-hubungan yang logis. Inteligensi ini berhubungan erat
dengan ilmu pengetahuan dan logika. Karakteristik individu yang memiliki
inteligensi jenis ini adalah sebagai berikut.
1)
Merasakan objek yang
ada di lingkungan serta fungsi-fungsi objek tersebut.
2)
Merasa familiar dengan
konsep kuantitas/nilai, waktu serta sebab dan akibatnya.
3)
Menunjukkan keahlian
dengan logika untuk menyelesaikan masalah.
4)
Mengajukan dan menguji
hipotesis.
5)
Mampu menggunakan
bermacam keahlian dalam matematika.
6)
Menikmati pengoperasian
yang kompleks, seperti “calculus”, fisika, program computer atau metode
penelitian.
7)
Menggunakan teknologi
untuk memecahkan masalah matematuka.
8)
Menunjukkan minat dalam
berkarier sebagai akuntan, taknalogi,computer, ahli hokum, insinyur dan ahli
kimia.
9)
Menciptakan model baru
dalam ilmu pengetahuan dan matematika.
c. Inteligensi
Kinestetika Tubuh.
Merupakan inteligensi yang meliputi kemampuan untuk menyatukan
tubuh ke dalam penampilan fisik yang sempurna. Dimulai pengendalian dari
gerakan –gerakan yang otomatis maupun yang disengaja, selanjutnya inteligensi
kinestetika akan menggunakan tubuh dalam cara keterampilan yang benar-benar
berbeda. Semua bakat yang ditampilkan ini sangat membutuhkan sensasi dan
ketepatan waktu yang ditransformasukan secara intensif ke dalam suatu gerakan.
Orang-orang yang menggambarkan kecerdasan
kinestetika tubuh adalah para actor, atlit, dan para penari. Juga ditemukan
pada para inventor, ahli permata, ahli mekanik, serta keahlian lainnya yang
membutuhkan kemampuan yang tinggi pada keyerampilan
Karakteristik
orang yang memiliki kecerdasan kinestetika yang tinggi adalah sebagai berikut.
1)
Mampu mengeksplorasi
lingkungan dan objek melalui sentuhan dan gerakan.
2)
Mampu mengembangkan
koordinasi dan arti waktu.
3)
Mampu menikmati belajar
kongkrit melalui pengalaman seperti perjalanan di lapangan, latihan fisik
ataupun permainan-permainan fisik.
4)
Memperlihatkan
kecekatan dalam bekerja dengan gerak motorik.
5)
Tanggap terhadap system
dan lingkungan fisik.
6)
Mampu mendemonstrasikan
keahlian dalam atletik, tarian dan
sebagainya.
7)
Mampu mendemonstrasikan
keseimbangan,kecekatan, dan gemah gemulai gerakan fisik.
8)
Mampu melakukan
penghayatan gerakan fisik dengan diiringi lagu melalui integrasi pemikiran dan
gerak tubuh.
9)
Memahami hidup dengan
standar fisik yang sehat.
10) Menjalani
karier sebagai atlit atau penari.
11) Menciptakan
pendekatan keterampilan fisik yang baru pada tarian, gerak olahraga atau
aktivitas fisik lainnya.
d. Inteligensi Visual Ruang
Inteligensi
visual ruang adalah sekumpulan kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan
pemilihan, pemahaman, proyeksi visual, imajinasi mental, pemahaman ruang,
manipulasi imajinasi serta penggadaan imajinasi nyata maupun imajinasi dalam
diri/abstrak.
Meskipun
visualisasi merupakan pusat dari inteligensi ruang, hal ini tidak berhubungan
langsung dengan indra penglihatan, sehingga kecerdasan ini dapat berkembang
baik pada penderita tunanetra.
Dalam bukunya Experiences
in Visual Thinking, Robert Mckim menyebutkan bahwa pemikiran visual tidak
hanya dimiliki oleh para seniman, tetapi juga oleh dokter ahli beda, insinyur,pengusaha
, arsitek, ahli matematika,,tukang
kayu, ahli mesin, penangkap bola, para penghayal serta oleh seeorang yang
sedang merencanakan baju apa yang akan dikenakannya para hari ini.
Karakteristik
individu yang memiliki inteligensi visual ruang yang baik adalah sebagai
berikut.
1)
Belajar dengan cara
melihat dan mengobservasi benda. Memahami dengan baik wajah, objek, betuk, dan
warna secara detail serta keseluruhan pandangan dari benda tersebuit.
2)
Mengemudikan diri dan
memahamiobjek-objek secra efektif melalui ruang, misalnya mengendalikan mobil,
mendayung perahu, memimpin perjalanan di hutan tanpa ada jejak sebelumnya.
3)
Menerima membaca
grafik, peta serta diagram. Ia juga mampu membaca penyajian grafik maupun media-media visual lainnya.
4)
Menikmati membuat
sketsa, menggambar, melukis, memahat, serta pekerjaan lainnya yang berhubungan
dengan bentuk-bentuk visual.
5)
Menikmati membuat
bangunan tiga dimensi, seperti origami, mainan berbentuk jembatan,
rumah-rumahan atau container. Ia juga mampu merubah objek-objek dalam
imajinasinya serta mampu membayangkan memindahkan benda dalam imajinasinya.
6)
Mampu melihat sesuatu
dalam cara dan perspektif yang berbeda, ataupun mendeterksi objek yang
“bersembunyi” di antara objek lainnya.
7)
Mampu mempersepsi
pola-pola bentuk yang nyata maupun yang hampir tidak terlihat/halus.
8)
Mampu menciptakan
informasi kongkrit dan gambaran visual, serta cakap dalam mempresentasikan
desain visual.
9)
Menunjukkan minat
berkarier menjadi artis, fotografer, insinyur, videografi, arsitek, desainer,
pilot ataupun karier yang berorientasikan visual lainnya.
10)
Menciptakan
bentuk-bentuk baru yang orisinil dari media visual ruang atau png bermakna
pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan seni.
e. Inteligensi
Musikal
Musik
merupakan ekspresi diri yang menggunakan suara dan tubuh manusia sebagai
instrument yang bersifat alamiah.Adapun inteligensi musical adalah pola music
tertentu dan struktur berpikir musical yang tidak tergantung pada bentuk
inteligensi lainnya, yang menggunakan tiga komponen utama, yaitu nada, ritme,
dan timbre atau kualitas suara. Ketiga komponen ini dapat menampilkan system
symbol music yang unik dan dapat memunculkan variasi music yang hebat seperti
yang kita jumpai di dunia ini.
Musik
juga erat dengan kondisi emosi seseorang, sehingga dengan mendengarkan music
dapat menciptakan kecerian, semangat, ketegangan ataupun kesedihan. Bahkan
music dapat pula digunakan untuk mengekspresikan humor ataupun untuk
meningkatkan konsentrasi seseorang.
f.
Inteligensi
Interpersonal
Inteligensi
interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan bekomunikasi dengan orang
lain, dengan mampu membedakan suasana hati, motivasi dan
keterampilan-keterampilan orang lain. Termasuk juga kemampuan memelihara
hubungan denagn orang lain serta memahami berbagai peran dalam kelompok di
bidang politik, agama, guru, orang tua, terpis maupun konselor.
Menurut
N.K,Humprey, inteligensi social ini merupakan bentuk yang paling penting dalam
inteligensi manusia, karena mampu memelihara hubungan dengan manusia secara
efektif. Keberhasilan dalam kehidupan seseorang seringkali sangat tergantung
pada inteligensi interpersonalnya.
g. Inteligensi
Intrapersonal
Inteligensi intrapersonal merupakan pemikiran-pemikiran dan
perasaan-perasaan individu. Makin seseorang membawanya ke alam sadarnya, maka
makin baiklah hubungan dunia dalam dengan duni luar. Dengan demikian seseorang
akan memahami tujuan-tujuannya, keingina-keinginannya, serta memahami alam
emosinya.
Untuk
mengajarkan intrapersonal, seseorang perlu menghayati pengalaman-pengalamannya
serta merefleksikan kegiatan-kegiatannya.
h.
Inteligensi Naturalis
Inteligensi
naturalis merupakan kemampuan mengenali dan mengkategorisasi species (flora dan
fauna) di lingkungan sekitar, atau kepekaan pada fenomena alam lainnya (seperti
awan dan gunung-gunung). Orang yang memiliki kecerdasn natural sangat cocok
bekerja dalam bidang pertanian, kehutanan, peternakan,dan perusahaan ikan.
Kecerdasan
sebagai kemampuan potensial dapat berkembang atau tidak, bergantung kepada
factor-faktor berikut.
a.
Faktor Biologis,
termasuk di dalamnya factor keturunan atau genetika, dan luka atau cidera otak
sebelun, selama, dan setelah kelahiran.
b.
Sejarah Hidup Pribadi,
termasuk di dalamnya pengalaman-pengalaman dengan orang tua, guru, teman
sebaya, kawan-kawan dan orang lain, baik yang membangkitkan maupun yang
menghambat kecerdasan.
c.
Latar Belakang Kultural
dan Historis, termasuk waktu dan tempat kelahiran serta sifat dan kondisi
kehidupan budayanya.
D.
KECERDASAN EMOSIONAL
Pendapat
lama menunjukkan bahwa kualitas inteligensi, kecerdasan dalam ukuran
intelektual atau tataran kognitif yang tinggi dipandang sebagai factor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar atau meraih kesuksesan dalam
hodupnya. Namun baru-baru ini telah berkembang pandangan lain yang mengatakan
bahwa factor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan (keberhasilan) hidup
seseorang, bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual,
tetapi oleh factor kemantapan emosional, yang oleh ahlinya, yaitu Daniel
Goleman disebut Emotional Intelligence
(Kecerdasan Emosional).
Kecerdasan
emosional ini semakin perlu dipahami, dimiliki dan diperhatikan dalam
pengembangannya, mengingat kondisi kehidupan dewasa ini semakin kompleks.
Kehidupan yang yang semakin kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk
terhadap konstelasi kehidupan emosional seseorang.
Dalam
hal ini, Daniel Goleman mengemukakan hasil surveinya terhadap para orangtua dan
guru, yang hasilnya menunjukkan bahwa ada kecendrungan yang sama di seluruh
dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka menampilkan sifat-sifat (1)
lebih kesepian dan pemurung, (2) lebih beringasan dan kurang menghargai sopan
santun, (3) lebih gugup dan mudah cemas, (4) lebih impulsive (mengikuti
kemauannaluriah/instintif tanpa pertimbangan akal sehat) dan agresif.
Kecerdasan
emosional ini merujuk kepada kemampuan-kemampuan memahami diri, mengelola
emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati dan membina hubungan. Secara
rinci unsure-unsur atau indicator kecerdasan emosional ini dapat disimak pada
table berikut.
Untuk
membantu para siswa atau mahasiswa mengembangkan kecerdasan emosional, maka
pemberian layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting. Pelayanan
bimbingan ini dilaksanakan secara teamwork,
antara konselor, guru bidang studi, dan kepala sekolah atau antar dosen
pembimbing akademik, wali mahasiswa, organisasi mahasiswa, dan pimpinan jurusan (program studi).
E.
KECERDASAN
SPIRITUAL
Pada awal peretangahan abad ke-20,
IQ (intelligence quotion) menjadi isu besar dikalangan masyarakat. Kecerdasan
intelektual atau rasioanal ini merujuk kepada kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah logis dan strategis. Para ahli psikologis mulai menyusun berbagai
tes untuk mengukurnya. Melalui tes tersebut, diketahui tingkat kecerdasan
seseorang, yang kemudian dikenal dengan IQ.
Pada pertengahan tahun 1990-an,
Daniel Goleman mempopulerkan hasil-hasil penelitian para ahli ilmu syaraf dan
psikologi, yaitu bahwa kecerdasan emosional (EQ: emotional quotion ) dipandang memiliki posisi yang sangat
pentingdalam kehidupan seseorang.
Kecerdasan emosional merupakan
kesadaran terhadap perasaandiri sendiri dan orang lain, bersikap empati, kasih
sayang, motivasi dankemampuan untuk meresponsuasana kegembiraandan kesedihan
secara tepat.
Goleman mengemukakan bahwa EQ
merupakan prasayarat dasar bagi pengguanan atau berfungsinya IQ secara efektif.
Hal ini nampak pada saat bagian otak memfasilitasi fungsi-fungsi perasaan
terganggu, maka tidak dpat berpikir secara efektif.
Baru-baru ini, yaitu di akhir abad
ke—20 ditemukan “Q” yang ketiga, yaitu SQ, meskipun data ilmiahnya belum begitu
mantap. Dengan diteemukannyaa SQ (Kecerdasan Spiritual ) semakin lengkaplah
gambaran gambaran kecerdasan manusia secara penuh.
SQ ini dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk (1) mengenal dan memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan
makna dan niali, (2) menempatkan berbagai kegiatandan kehidupan dalam konteks
yang lebih luas, kaya, dan memberikan makna; dan (3) mengukur atau menilai
bahwasalah satu kegiatan atau langkah kehidupan tertentu lebih bermakna dari
yang lainnya.
Ketiga kecerdasan itu (IQ, EQ, dan
SQ) dipandang sebagai tiga proses
psikologis dalam diri seseorang. EQ merupakan proses primer yang didasarkan
kepada jaringan syaraf asosiatif dalam otak; IQ merupakan proses sekunder yang
didasarkan kepada jaringan syaraf serial dalam otak; dan SQ merupakanproses
tersieryang didasarkan kepada sistem syaraf ketigadalam otak, yaitu syaraf
synchronous, yang menyatukan data dalam otak secara menyeluruh .
Spiritual Quotion (SQ) sebagai
proses tersier psikologis berfungsi untuk (1) mengintegrasikan dan
mentransformasikan bahan-bahan yang berasal daridari proses primer (EQ) dan
proses sekunder (IQ), (2) memfasilitasi suatu dialog diantara pikiran dengan
perasaan, atau antara jiwa dan raga, dan (3) menempatkan self sebagai pusat
keaktifan (kegiatan), penyatuan, dan pemberian makna.
Danah Zohar dan Ian Marshall
sebagai penggagas kecerdasan spiritual mengemukakan bahwa SQ tidak memiliki
hubungan dengan agama. Meskipun banyak orang dapat mengekspresikan SQ melalui
agama, tetapi keberagaman seseorang tidak menjamin tingginya SQ. Bahkan banyak
para humanis dan ateis memiliki tingkat SQ yang tinggi; dan sebaliknya banyak
para aktivis keagamaan yang SQ-nya rendah.
Agama merupakan seperangkat
peraturan dan keyakinan yang dipaksakan dari luar, bersifat top-down, diwariskan dari para nabidan
kitab suci, atau ditanamkan melalui keluarga dan tradisi. Sementara SQ bersifat
internal, kemampuan bawaan psikis dan otak manusia, bersumber dari hati yang
paling dalam. Dengan SQ memungkinkan otak menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan berbagai masalah.
Jika ditilik dari bukti-bukti
ilmiah tentang SQ ini, Zohar dan Marshall mengemukakan empat hasil penelitian
yang menunjang SQ tersebut. Ke empat penelitian itu adalah sebagai berikut.
a.
Pada
awal tahun 1990-an penelitian telah dilakukan oleh Michael Persinger sebagai
neuropsikologis, dan pada tahun 1997 V.S Ramachandran (ahli syaraf) dan timnya
dari Universitas California telah menemukan keberadaaan “God Spot” pada otak
manusia. Ini merupakan pusat spiritualyang berlokasi diantara koneksi-koneksi
syarafyang terletak di lobe temporal otak.
b.
Wolf
Singer, ahli syaraf Austria pada tahun 1990-an menemukan hasil penelitiannya,
bahwa ada proses syaraf dalam otak yang menyatukan dan memberikan meaning
(makna) kepada hidup kita, dan menjadi dasar bagi kecerdasan ketiga (SQ).
c.
Rudolf
Linas pada tahun 1990-an telah melakukan penelitian tentang kesadaran saat
terjaga dan tidur serta ikatan-ikatan peristiwa kognitif dalam otaktelah
ditingkatkan denganteknologi MEG (Magneto-Enchephaalographic) baru yang
memungkinkan diadakannya penelitian menyeluruh atas bidang-bidang elektrisotak
yang berisolasi dan bidang magnet yang dihubungan dengannya.
d.
Terreance
Deacon, seorang ahli syaraf dan antropologi biologis dari Harvard telah
mempublikasikan “hasull” karyanya
yang baru tentanf hakikat bahasa manusia. Temuan Deacon menunjukkan bahwa
bahasa manusia bersifat unik, simbolik, dan berkembang dengan cepat pada Lobe
Frontal Otak. Temuan evolusi imajinasisimbolik dan konsekuensinya dalam otak
telah menopangatau mendukung kecerdasan spiritual.
F. KREATIVITTAS
a. Pengertian
kreativitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mencipta suatu produk baru, atau kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas
meliputi ciri-ciri kognitif (aptitude), seperti kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), keaslian (originality), elaborasi (elaboration), dan pemaknaan
kembali (redefinition) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non-kognitif
(non-aptitude), seperti motivasi, sikap, rasa ingin tahu, senang mengajukan
pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru.
Ciri-ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Kelancaran adalah kemampuan manghasilka
banyak gagasan
2) Keluwesan adalah emampuan untuk
mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
3) Keaslian adalah kemampuan untuk
mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise.
4) Elaborasi adalah kemampuan untuk
menguraikan sesuatu secara terperinci
5) Redefinisi adalah kemampuan untuk
meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah
diketahui oleh orang banyak.
b. Karakteristik
SCU Munandar (1984) melakukan penelitian
terhadap sejumlah ahli psikologi tentangpendapat mereka mengenai ciri-ciri
kepribadian kreatif, yang hasilnya adalah sebagai berikut.
1) Mempunyai daya imajinasi yang kuat
2) Mempunyai inisiatif
3) Mempunyai minat yang luas
4) Bebas dalam berpikir
5) Bersifat ingin tahu
6) Selalu ingin mendapat
pengalaman-pengalaman baru
7) Percaya pada diri sendiri
8) Penuh semangat
9) Berani mengambil reasiko
10) Berani menyatakan pendapat dan keyakinan
Sementara
menurut Dedi Supriadi (1994) orang yang memiliki kepribadian yang kreatif
ditandai dengan beberapa karakteristik atau ciri sebagai berikut.
1) Terbuka terhadap pengalaman baru
2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon
3) Bebas menyatakan pendapat dan perasaan
4) Menghargaii fantasi
5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif
6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak
mudah terpengaruh oleh orang lain
7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar
8) Toleran terhadap perbedaanpendapat dan
situasi yang tidak pasti
9) Berani mengambil resiko yang
diperhitungkan
10) Percaya diri dan mandiri
11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen
kepada tugas
12) Tekun dan tidak mudah bosan
13) Tikal kehabisan bekal dalam memecahkan
masalah
14) Kaya akan inisiatif
15) Peka terhadap situasi lingkungan
16) Lebih berorientasi pada masa kinidan
masa depan darpada ke masa lalu
17) Memiliki citra diri san stabilitas
emosional yang baik
18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak,
kompleks, holistik dan mengandung teka-teki
19) Memiliki alasan yang orisinal
20) Mempunyai minat yang luas
21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan
yang bermanfaat dan konstruktif vagi pengembangan diri
22) Kritis terhadap pendapat orang lain
23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik
24) Memiliki kesadaran etik-moral dan
estetik yang tinggi
c. Pengembangan
Kreativitas
setiap orang diasumsikan memilliki
kemampuan kreatif meskipun dengan tingkat yang beragam. Kreativitas seseorang
berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor
internal seperti
(1) Kondisi kesehatan fisik (sering
sakit-sakitan, memiliki penyakit kronis, atau mengalami gangguan otak dapat
menghambat perkembangan kreativitas)
(2) Tingkat kecerdasan (IQ), IQ yang rendah
dapat menjadi faktor penghambat perkembangan kreativitas
(3) Kondisi kesehatan mental, apabila
seseorang sering mengalami stres, memiliki penyakit amnesia atau neurosis,
amaka dia cenderung akan mengelami hambatan dalam pengembangan kreativitasnya.
Sementara faktor
eksternal di antaranya adalah
(1) Orang tua atau guru dapatmenerima anak
apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia bak dan
mampu
(2) Orang tua atau gurubersikap empati
kepada anak, dalam arti mereka memahamipikiran. Penasaran, dan perilaku anak
(3) Orang tua atau guru memberi kesempatan
kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan pendapatnya.
(4) Orangtua atau guru memupuk sikap dan
minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif
(5) Orangtua atau guru menyediakan sarana
dan prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya
dalam membuat karya-karyayang produktif-inovatif.
G. STRES DAN PENGELOLAANNYA
a.
Teori Stres
Stres meruapakan fenomena
psikofisik. Stres dialami oleh setiap orang, dengan tidak mengenal jenis
kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status social ekonomi. Stress bias
dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja atau dewasa, dialami oleh pejabat,
atau warga masyrakat biasa, dialami oleh pengusaha atau karyawan, dialami oleh
guru maupun siswa, dan dialami oleh pria maupun wanita.
Stress dapat
berpengaruh positif maupun negatif terhadap individu. Pengaruh positif, yaitu
mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran, dan
menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negative, yaitu menimbulkan
perasaan-perasaan tidak percaya diri, penolakan, marah, atau depresi, dan
memicu berjangkitnya sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi,
atau stroke.
Pengaruh negatif dari
stress itu, dapat disimak dari contoh kasus di atas. Kasus tersebut menunjukkan
bahwa sikap penolakan dan pelakuan seorang ibu yang kasar terhadap anak, dapat
menyebabkan stress bagi anak tersebut. Stress anak yang berkepanjagan ternyata
berpengaruh negatif bagi perkembangan kepribadiannya, yaitu bersifat kurang
percaya diri, dan takut melakukan sesuatu.
Teori dasar tentang
stress dapat di simpulkan ke dalam tiga variable pokok, yaitu sebagai berikut:
1)
Variabel Stimulus atau engineering approach ( pendekatan
rekayasa ) yang mengkopsepsikan stress sebagai suatu stimulus atau tuntutan
yang mengancam ( berbahaya ), yaitu tekanan dari luar terhadap individu yang
dapat menyebabkan sakit ( memngganggu kesehatan ).
2)
Variabel Respon atau physiological approach ( pendekatan
psikologis ) yang didasarkan pada model triphase dari Hans Selye. Dia
mengembangkan konsep yang lebih spesifik tentang reaksi manusia terhadap
stressor, yang dia namakan GAS ( General
Adaption Syndrome ), yaitu mekanisme respon tipikal tubuhdalam merespon
rasa sakit, ancaman atau stressor lainnya.
3)
Variabel Interaktif,
yang meliputi dua teori yaitu sebagai berikut: Teori Interaksional yang
mempokuskan pembahasannya kepada aspek-aspek keterkaitan antara individu dengan
lingkungannya, dan hakekat hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kebebasan
mengambil keputusan. Sedangkan Teori Transaksional yang memfokuskan
pembahasannya kepada aspek-aspek kognitif dan afektif individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, serta gaya-gaya “ coping” yang dilakukannya.
Terkait dengan variable
respon terhadap stress, Walter Cannor, sekitar tahun 1932 mengemukakan bahwa
manusia merespon peristiwa stress dengan fisik maupun psikis untuk
mempersiapkan dirinya, apakah melawan/mengatasi atau menghindar / melarikan
diri dari stress ( fight or flight
response ). Selanjutnya dia mengatakan bahwa ketika individu mempersepsi
adanya ancaman, maka tubuhnya secara cepat mereaksinya melalui system syaraf
simpatetik dan sistim endoktrin. Respon atau reaksi tubuh itu memobilisasi
organism untuk menyerang atau menghindari ancaman tersebut. Cannon berpendapat
bahwa di satu sisi, respon atau reaksi “ fight-or
flight” itu merupakan usaha organism untuk beradaptasi, sebab melalui
reaksi itu organism dapat merespon ancaman secara cepat. Di sisi lain, stress
itu dapat merugikan orgamisme, karena mengganggu fungsi emosi dan fisik, serta
dapat menyebabkan masalah kesehatan setiap saat,\. Apabila stress tersebut
terus menerus terjadi, berarti individu akan mengalami masalah kesehatan
selamanya.
b . Gejala Stres
untuk mengetahui apakah diri kitaatau
orang lain mengalami stress, dapat dilihat dari gejala-gejalanya, baik fisik
maupun psikis.
1)
Gejala fisik,di antaranya: sakit kepala. Sakit
lambung (
mag ), hypertensi (
darah tinggi ), sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia ( sulit tidur
), mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang selera makan, dan sering buang
air kecil.
2)
Gejala Psikis, di antaranya: gelisah atau cemas,
kurang dapat berkonsentrasi belajar atau bekerja, sikap apatis ( masa bodoh
),sikap pesimis, hilang rasa humor, bungkam seribu bahasa, malas belajar atau
bekerja, sering melamun, dan sering marah-marah atau bersikap agresif ( baik
secara verbal, seperti; kata-kata kasar, dan menghina; maupun non-verbal,
seperti; menempleng, menendang, membanting pintu, dan memecahkan barang-barang
).
c.
Faktor-faktor Pemicu
Stres
Factor pemicu stres itu dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut.
1)
Stressor
fisik-biologik, seperti: penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau
kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, dan postur tubuh yang dipersepsi
tidak ideal ( seperti: terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk ).
2)
Stressor psikologik, seperti: berburuk sangka, prustrasi
karena gagal memperoleh sesuatu yang di inginkan, hasud ( iri hati atau
dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan
yang diluar kemampuan.
3)
Stressor social, iklim
kehidupan keluarga, seperti: hubungan antar anggota keluarga yang tidak
harmonis, perceraian, suami atau istri selingkuh, factor pekerjaan, seperti
kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, perselisihan dengan atasan, jenis
pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan. Iklim lingkungan
seperti: maraknya kriminalitas, tawuran antar kelompok (pelajar, mahasiswa atau
warga masyarakat? Harga pokok yang mahal.
Faktor-faktor yang
mengganggu kestabilan ( stres ) organism berasal dari dalam maupun dari luar.
Faktor yang berasal dari dalam diri organism adalah bilogis dan psikologis,
sedangkan yang berasal dari luar adalah faktor lingkungan.
1)
Faktor Biologis
Stressor biologis meliputi faktor-faktor
genetika, pengalaman hidup, ritme biologis, tidur, makanan, postur tubuh,
kelelahan, penyakit, dan abnormalitas adaptassi.
2)
Faktor Genetika
Predisposisi biologis
yang menyebabkan stress adalah faktor-faktor yang berkembang sebelum kelahiran
atau komposisi genetika. Dalam kenyataan, semua karakteristik biologis maupun
mental setiap individu, termasuk kekuatan dan kelemahannya dikontrol oleh intruksi-intruksi
kode genetika tertentu dalam dirinya. Faktor predisposisi lainya yang
menyababkan stress ini, adalah proses perkembangan dalam kandungan. Apabila
seorang ibu yang sedang mengandung suka mengkomsumsi alcohol, obat-obatan,
racun, atau makanan yang menyebabkan elergi, maka itu semua akan merusak
perkembangan sang bayi yang sedang dikandung. Kerusakan perkembangan itu
seperti kelemahan tubuh, ketidakberfungsian organ, dan tingkah laku abnormal.
3)
Pengalaman Hidup
Setiap individu
memiliki pengalaman hidup yang unik. Pengalamn hidup merupakan proses transisi
kehidupan individu dari mulai masa anak sampai masa dewasa. Masa transisi ini melahirkan suasana krisis atau stress
pada diri individu. Contoh suasana yang menimbulkan stress, di antaranya; pada masa anak: sakit demam, kecelakaan, dan patah tulang;
dan pada masa remaja: masalah penyusaian terhadap perkembangan perasaan
independen dan fenomena kematangan organ seksual.
4)
Tidur ( Sleep )
Setiap orang memiliki
kebutuhan untuk tidur. Apabila dia mengalami kurang tidur atau tidurnya tidak
nyenyak. Maka akan berakibat kurang baik bagi dirinya, seperti: tidak dapat
berkonsentrasi, kurang semangat untuk melakukan suatu kegiatan ( bekerja atau
belajar ), mudah tersinggung, mengalami gangguan halusinasi.
5)
Diet
Diet artinya makanan
atau vitamin sebagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Dalam kehidupannya, setiap
individu membutuhkan nutrisi yang seimbang, yaitu: karbohidrat, protein,
vitamin, mineral, dan air. Kekurangan (
mslnutrisi ) atau kelebihan nutrisi ( seperti makanan yang berlebihan )
cenderung mempengaruhi proses metabolism tubuh yang normal dan mengganggu kadar
gula darah yang normal, sehingga menimbulkan stress, karena mengganggu
mekanisme homeostatis tubuh. Dampak lebih jauh dari gangguan homeostatis ini
adalah terjadinya kelelahan pada diri individu, pola tidur yang tidak teratur,
dan sakit. Diet yang melebihi batas, baik yang mengurangi atau yang berlebihan
sangat berkontribusi terhadap penyakit tertentu, seperti sakit hati, kanker,
kegemukan, dan sakit jantung ( stroke) Enam
dari 10 penduduk Amerika Serikat meninggal dunia diidentifikasi penyebabanya
karena diet yang berlebihan ini.
6)
Postur Tubuh
Postur merupakan fungsi
dari kerangka dan perototan tubuh secara keseluruhan postur yang kurang
sempurna atau nomal dapat merintangi keberfungsian sistem organ-organ tubuh,
seperti; gerak-gerak reflex, sistem cardiovascular, dan sistem pencernaan. Di
samping itu, postur yang tidak sempurna ini mempunyai pengaruh yang kurang baik
kepada suasana psikologis individu dan kemampuan berhubungan sosialnya dengan
orang lain. Ketidaknormalan postur ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor
yaitu, penyakit yang menyerang organ tubuh, penggunaan otot-otot yang tidak
tepat, atau gangguan pada bagian dalam pendengaran ( dapat menyebabkan
ketidakmampuan untuk duduk, berdiri dan berjalan tanpa bantuan orang lain ).
7)
Kelelahan ( Fatigue )
Secara teknis,
kelelahan ini merupakan suatu kondisi dimana reseptor sensoris atau motor
kehilangan kemampuan atau kekuatan untuk merespon stimulus. Kelelahan ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor berikut: merokok dan memimun minuman keras yang
berlebihan, istirahat yang tidak memadai, ketegangan otot yang terus menerus,
anemia,sakit jantung, atau penyakit tubercolusis.
Kelelahan yang terus menerus dapat menyebabkan gangguan tidur, ketegangan otot,
kurang nafsu makan, dan kekurangberfungsian postur untuk melakukan suatu
kegiatan.
8)
Penyakit ( Disease )
Penyakit merupakan
suatu gangguan fungsi atau struktur tubuh yang menyebabkan kegagalan dalam mencegah
datangnya stressor. Kemampuan organism untuk menolak penyakit didasrakan kepada
sejumlah kegiatan penyeimbang yang kompleks, yaitu proses homeostatis, atau
stabilisasi dinamis yang melibatkan berbagai bagaian tubuh dalam bekerjasama
satu sama lainnya.
9)
Adaptasi yang Abnormal
Kemampuan beradaptasi
merupakan suatu cirri dari sistem organik. Adaptasi merupakan modifilikasi
sendiri untuk memperoleh yang diperlukan bagi kelangsungan hidup dengan cara
mengatasi kondisi-kondisi lingkungan. Salah satu gambaran esensial dari proses
adaptif ini adalah membatasi respon stress untuk meminimalkan jumlah atau
wilayah tubuh yang diperlukan untuk memelihara homeostatis.
10)
Faktor psikologis
Faktor psikologis yang diduga menjadi
pemicu stress, di antranya sebagai berikut
a)
Persepsi
Salah satu faktor yang
terlibat dalam persepsi adalah sistem pancaindera. Ingatan, motivasi, gen
keturunan, dan interpretasi dari sinyal yang diterima oleh pancaindera bersatu
membentuk persepsi. Dari kenyataan ini jelas bahwa perilaku seseorang dapat mengontrol
persepsi. Jika kita dapat mengendalikan persepsi maka kita memiliki kekuatan
untuk mengendalikan sumber stres dengan yakin karena kebanyakan stress terjadi
dikarenakan dengan apa yang kita lihat atau dengar. Yang menjadi perhatian
adalah bahwa setiap perkataan atau pekerjaan seseorang dapat menyababkan
berbagai tingkat stress bagi orang lain.
b)
Persamaan dan Emosi
Emosi merupakan aspek
pdikologis yang komplek dari keadaan homeostatik yang normal yang berawal dari
suatu stimulus psikologis. Kemampuan untuk menerima dan membedakan setiap
perasaan dan emosi bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan hasil dari interaksi
selama proses pendewasaan secara normal dan pengalaman yang diperoleh secara
bertahap. Tujuh macam emosi yang paling berkaitan dengan stress adalah:
kecemasan ( kegelisahan ), rasa bersalah, kekhwatiran/ketakutan, kemarahan,
kecemburuan, kesedihan dan kedukaan.
(1)
Kecemasan ( Enxiety )
Kecemasan pada dasarnya
adalah suatu reaksi diri untuk menyadari suatu
ancaman yang tidak menentu. Gejala
kecemasa ini Nampak perubahan fisik; seperti gangguan pernafasan, detak jantung
meningkat, berkeringat dll. Salah satu penyebab kecemasan adalah kesadaran akan
kematian.
(2)
Rasa bersalah dan rasa
khawatir
Rasa bersalah dan cemas
dapat diklategorikan sebagai kegelisahan dengan suatu ancaman yang jelas. Rasa
bersalah ditandai dengan menurunnya keperrcayaan diri, merasa dirinya tidak
berguna, atau merasa sebagai orang jahat. Rasa cemas ditandai dengan adanya
fikiran negative akan suatu hal secara berulang dan terus-menerus. Rasa
bersalah berfokus pada kejadian yang telah terjadi, sedangkan rasa cemas
berfokus pada kejadian yang masih diharapkan.
rasa bersalah dan cemas dapat menimbulkan atau mengakibatkan stres.
(3)
Rasa Takut
Sama halnya dengan
kegelisahan, rasa takut berkaitan dengan kejadian yang akan terjadi. Rasa takut
adalah tanggapan terhadap suatu ancaman tertentu, berbeda halnya dengan rasa
gelisah yang merupakan tanggapan atas ancaman yang belum menentu kejelasannya.
Rasa takut pada manusia sangatlah beragam seperti rasa takut terhadap sakit,
hukuman, kegagalan, dan sebagainya. Rasa takut yang tidak terkendali dapat
menuju kepada perilaku yang mengakibatkan stress.
(4)
Marah
Marah adalah emosi yang
kuat yang ditandai dengan adanya reaksi sistem syaraf yang akut dan dengan
adanya sikap melawan baik secara terng-terangan atau tersembunnyi. Menahan
untuk marah dapat menyebabkan stres pada diri seseorang, baik secara emosi atau
fisik. Secara fisikseperti dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan gangguan
pssikosomatis lainnya. Seseorang yang sering marah atau menahan marah dapat
mengakibatkan rasa bersalah pada dirinya dan perilaku lainnya yang menunjukkan
jiwa yang stress. Menahan rasa marah berarti menghambat siklus biologis yang
secara normal berlangsung dalam tubuh, dan hal ini dapat menyebabkan frustrasi,
yang pada akhirnya mengalami stress.
(5)
Cemburu (Jealousy)
Cemburu meliputi
keinginan untuk menguasai, mengendalikan, atau memperbudak seorangt sebagai
rasa kepemilikan atas orang tersebut. Cemburu dapat menimbulkan rasa cemas,
takut, gelisah, atau marah
(6)
Kesedihan dan kedudukan
(Loss and Bereavement)
Sedih adalah rasa sakit
atau pilu yang diakibatkan adanya perubahan,seperti perubahan dalam hubungan
pribadi (cinta, dukungan, dsb), perubahan dalam kemampuan diri (daya tanggap,
kekuatan, dsb), perubahan dalam materi (gaji, kepemilikan tempat tinngal, dsb),
atau bahkan berubahan perkembangan diri (pendewasaan, promosi, penurunan
pangkat, dsb). Lebih spesifik dari pada kesedihan, rasa duka adalah rasa sedih
akan kematian seseorang. Kesedihan atau rasa duka dapat menumbuhkan emosi yang
dapat menyebabkan stress.
c) Situasi
Situasi adalah sebuah konsepsi individual
tentang suatu keadaan atau kondisi dimana dia berada pada suatu waktu. Suatu
yang penting adalah bahwa situaasi tersebut tidak harus selalu berhubungan
dengan kenyataan yang ada,tetapi biasa nya merupakan hasil dari pengenalan
(cognition) dan penilaian (appraisal) yang sangat tergantung kepada setiap
idividu.jadi,suatu kombinasi dari sensasi, parasaan atau emosi tertentu dapat
di rasakan sebagai situasi yang stress oleh seseorang tetapi tidak demikian
oleh orang lain.Tipe situasi yang dapat menimbulkan stress adalah:
1)
Ancaman (Threat)
Suatu keadaan yang
dapat menyebabkan ketidak nyamanan diri, akibat
kejahatan,kecelakaan,kerusakan,kehilangan,bencana dsb,dapat di katakan sebagai
definisi ancaman.sumber ancaman banyak,tetapi persepsi tentangnya bersifat
internal,tergantung kepada setiap orang.seseorang yang mempersepsi semua
keadaan sebagai suata ancaman hidupnya,maka dia akan stress.
2)
Frustasi (Frustration)
Individu dikatakan
mengalami frustarasi ketika dia merasakan ganguan dalam serangkaian usahanya
dalam mencapai tujuan tertentu,atau ketika dia mengalami keterlambatan dalam
mencapai tujuannya.frustrasi meliputi bahaya sekarang,sedangkan ancaman
meliputi bahaya yang mungkin akan terjadi.selain itu,frustrasi dapat juga
ditimbulkan karena gangguan sistem sirkurasi dari aktivitas biologis dalam
tubuh individu.berolahraga dapat mengurangi efek buruk dari frustrasi.frustrasi
yang berkepanjangan dapat menimbulkan stres
3)
Konflik (Conflict)
Konflik dapat terjadi
secara interpersonal (internal) atau intrapesional.Internalkonflik adalah
sauatu proses yang meliputi persepsi terhadap dua tujuan yang bertentangan,
dimana keduanya diinginkan untuk dicapai secara bersamaan, tetapi hal itu tidak
mungkin tanpa mengorbankan salah satu di antaranya. ketidakmampuan seseorang
mengatasi konflik dapat menyebabkan stres.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagai suatu keniscayaan
bahwa proses perkembangan individu tidak selalu linier, tetapi bersifat
fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi ataau diskontinuitas perkembangan. Dalam
proses pendidikan, peserta didik tidak jarang yang mengalami masalah stagnasi
perkembangan itu, sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti
terwujud dalam prilaku menyimpang atau bersifat infantilitas (kekanak-kanakan).
Bagi konselor memahami
aspek-aspek psikologis pribadi klien merupakan tuntutan yang mutlak, karena
pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk
memfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologis, pribadi atau prilaku klien,
sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang
bermakna, bagi dirinya maupun bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Nurihsan,
Juntika.,dkk. 2003.”Landasan Bimbingan
dan Konseling”. Jakarta: Rosda.
0 komentar:
Post a Comment